Tiba-tiba saja terdengar suara gebrakan meja sangat keras dari bangku sebelah Nada. Suasana hening seketika. Tio menghampiri Tika, merebut kertas yang ada di tangannya, dan merobek-robek kertas itu, lalu membuangnya di lantai...Sifat preman Tio muncul dengan tiba-tiba.
Tika cuma bisa melongo, ia kaget dan tak mengerti ada apa dengan Tio. Nada pun sama kagetnya dengan Tika.
"Apa-apaan nih?" tanya Tika sedikit bingung.
"Berisik banget, apa sih hebatnya si Tomi itu? secakep apa dia? Belum pernah berurusan sama gue?" ucap Tio dengan emosi.
"Maksud kamu?" tanya Tika lagi
"Nada itu....!" Tio tak melanjutkan kata-katanya. Ia bingung.
"Kenapa Nada?" Tika tampak sangat penasaran.
"Nada itu..."Tio semakin bingung. Ia tidak dapat mencari kata-kata lain.
"Ia...Nada kenapa?" Tika mulai jengkel menunggu. Ditatapnya lekat-lekat keringat sebesar biji jagung yang mengalir di wajah Tio.
"Nada itu cewek gue!!" suara Tio nyaring namun bergetar.
Nada cuma melongo. Matanya membulat seperti bola. "Hah? Apa aku enggak salah denger? Sejak kapan gue jadi cewek lo."
Teman-teman sekelas pun saling sahut-menyahut menyoraki Nada dan Tio. Muka Tio lebih merah membara daripada wajah Nada. Keringat bercucuran di dahi Tio. Dan Nada menjadi salah tingkah.