Choco

By Astri Soeparyono, Rabu, 6 Juni 2012 | 16:00 WIB
Choco (Astri Soeparyono)

Mendadak gerimis. Lalu tak lama mulai deras. Motorku enggak bisa keluar. Karena ada orang parkir motor sembarangan di depan motorku.

Aku duduk di atas motor menunggu pemilik motor di depanku dan menunggu hujan sedikit reda. Kulihat sebuah kantong plastik hitam tergantung di gantungan motorku.

Aku mengambilnya dan melihat isinya. Cokelat. Banyak banget. Merk mahal lagi. Punya siapa nih? Main gantung di motorku? Enggak mungkin buat aku.

Mungkin tuh orang salah motor.dari pada nggak ada yang makan, buat aku aja ya?

Tapi rejeki enggak kemana. Rejeki enggak boleh ditolak. Gitu kata Mama. Baru kali ini yang Mama bilang bener (tuh Ma, anak Mama lagi nurut nasehat nih. He-he-he...*)

Aku mulai membuka cover cokelat. Menggigitnya sedikit. Nikmat...

            "Nun, belom pulang lo?" ucap seseorang dari samping kananku. Aku menoleh. Fahmi.

            "Ya belumlah. Enggak lihat lagi hujan deras," jawabku sambil terus mencomot cokelat.

            "Oi! Cokelat siapa tuh? Bagi!" naluri beringas Fahmi keluar dan langsung menarik kantong cokelat dari tanganku dan lari.

            "Oi! Balikin! Cokelat gue!" teriakku keras. Dan segera turun mengejar Fahmi, sang penabrak lari cokelatku.

            "Hwehehe, enak euy!" ledek Fahmi yang sesudah mencomot 1 batang cokelat dari dalam kantong.

            "WOI! Balikin..." pintaku melas.