Kalau kau dapat menukar hidupmu, dengan siapa kau akan bertukar?
Memang, walaupun sebal, aku harus mngakui kalau semua orang pasti akan melirik ke arahnya. Maksudku, siapa sih yang tidak akan tertarik dengan cewek pintar, kaya, cantik dengan garis wajah campuran Manado-Jawa, ekspresif, jago acting, berbakat di bidang musik, aktif menjuarai berbagai lomba, dan hal-hal spektakuler lainnya yang tidak sanggup kuungkapan secara gambling.
Intinya, bila disandarkan dengannya aku ini pecundang. Total.
***
"Niken Sarasyla."
Panggilan Mama membuatku terhenyak pelan. Oh iya, aku sedang berbicara dengan Mama di meja makan. Aku merutuki diriku yang melamun saat-saat keputusan terpenting dalam hidupku akan keluar dari mulut Mama.
Mama menyodorkan selembar kertas. Angket jurusan perguruan tinggi milikku. "Berapa usiamu sekarang, Niken?"
Aku menyernyit. Usiaku? Memang ada hubungannya angket jurusan yang aku serahkan tadi? Aku melirik sekilas ke angket jurusan yang sekarang berada di genggamanku. Tetap kosong seperti semula."Tujuh belas,"jawabku heran.
Mengapa tersenyum kecil."Kalau begitu kau sudah dapat menentukan apa yang menurutmu baik untuk hidupmu. Pilihlah jurusan yang kau cintai, apapun itu Mama akan mendukungnya."
"Haaah?" Aku jadi bingung sendiri. Aku sengaja berkonsultasi dengan mama untuk soal yang satu ini dan berharapa Mama dapat menentukannya untukku. Sekarang beliau malah menyuruhku memilih sendiri. Bagaimana ini?