Secara tidak sengaja, aku melihatnya brjalan berduaan dengan cowok. Tentu saja aku brani brtaruh kalau dia tahu dan sadar cowok yang berjalan di sampingnya itu cowok yang kutaksir sejak kelas satu SMA. Seeorang sahabat harusnya tidak melakukan pengkhianatan seperti rekannya sesame penjahat!
Setelah semalaman aku berpikir (sambil menangis tersedu-sedu, tentu saja), aku memutuskan untuk menjauhinya. Aku pindah k samping tempat duduk Tyas yang selama ini memang duduk sendiri. Aku jamin tidak aka nada yang protes.
Jangankan protes, spertinya malah tidak ada yang peduli. Teman-temanku yang laki-laki sibuk memperebutkan tempat di sampingnya, yang baru saja kutinggalkan. Sementara yang perempuan memang bertanya-tanya padaku. Tapi aku yakin itu hanya sekedar basa-basi. Buktinya, setelah seulas senyum tipis terpaksa mengembang di wajahku, mereka tidak bertanya lebih lanjut.
***
Aku brusaha memakan nasi goreng di hadapanku secepat mungkin mengingat aku belum menyontek tugas matematika. Tapi apa daya, kalau soal makan aku memang lambat. Tanganku berhenti menyuap saat ekor mataku menangkap siapa yang baru memasuki kantin.
Nafsu makanku langsung hilang seketika. Dia tetap menjadi pusat perhatian di mana pun dia berada, termasuk kantin. Entah berapa banyak anak, terutama kaum adam, yang mengerumuninya dan berusaha mengajak ngobrol.
Aku langsung melangkah keluar kantin, meninggalkan piringku yang masih penuh. Sial aku harus berpapasan dengannya di pintu kantin, yang merupakan satu-satunya jalan keluar masuk kantin.
"Hei! Tunggu!" Dia mencekal pergelangan tanganku dan menarikku menjauhi kerumunan orang-orang di kantin yang menatap kami bingung.
"Oke, aku minta penjelasanmu. Mengapa akhir-akhir ini kau menjauhiku? Bukankah kita sahabat? Mengapa kau tidak mau terbuka?"
Aku tertawa kecil, sinis. "Sahabat? Aku kira hanya musuh yang menyerang dari belakang. Ternyata sahabat juga ya?" Dia menatapku heran.
"Apa sih salahku sampai kau tega berbuat seperti itu? Merebut gebetanku! Jalan berdua dengannya!" ungkapku, penuh emosi. "Selama ini aku berusaha tidak terpengaruh gossip-gosip di kelas mngenai dirimu. Aku selalu meyakinkan diriku bahwa kau tidak seperti yang mereka bicarakan. Tapi ternyata aku salah besar! Kau bahkan lebih buruk dari yang mereka bicarakan!"
"Ini tidak sep-"