"Tapi aku ngasih doa," elakku dari tuduhannya.
Dia manyun, lalu seperti teringat sesuatu dia memandangku.
"Dapat salam dari Bagas," katanya.
Aku bisa merasakan raut wajahku berubah setelah mendengar ucapannya itu.
"Waktu dia bertanding tadi, dia cari kamu, An. Coba tadi kamu ikut ngedukung, pasti dia tambah semangat main untuk kelas kita."
"Memangnya kelas kita kalah?"
"Ya menang dong! Kalau kalah, pastinya aku dekatin kamu dengan wajah lesu,"
Aku tertawa.
"Sepertinya Bagas suka kamu, " dia member tahu.
"Sudah jangan ngomongin itu lagi!"
"Kamu ini aneh. Biasanya nih, seorang cewek pasti akan senang sekali tahu ada cowok suka pada dirinya. Apalagi ini Bagas, si bintang lapangan basket."
Dia benar. Harusnya aku bahagia mendengar ada orang menyukaiku. Tapi perasaan seperti itu, yang dulu juga pernah ada dalam hatiku sudah hilang. Dicuri waktu.