CATATAN SI BON

By Astri Soeparyono, Kamis, 4 Agustus 2011 | 16:00 WIB
CATATAN SI BON (Astri Soeparyono)

         Bunda: Yakin? Kok empuk-empuk gitu, ya? Bunda lihat dulu, deh.

         Satu lagi dosaku yang tercatat. Tidak hanya satu. Tapi sekaligus dua. Ngebohongin Bunda dan membiarkan kucing malang itu mati akibat tabrak lari. Memang aku, sih, yang salah, lupa baca doa keselamatan untuk seluruh hewan yang akan melintas di jalan raya itu. Dan sekarang? Aku maksa tidur bareng Bunda karena takut digentayangin arwah kucing yang menuntut balas.

         Tadi siang aku pulang bareng Bunda dengan diiringi omelan panjang kali lebar kali siku-siku dan sudut, karena dapat nilai 51. Bunda terus menerus bilang," Coba kamu contoh si Ajeng? Nilainya 90, Bon?"

         Dan aku tambah memperkeruh kemarahan Bunda saat dengan polosnya menyahut."Gimana mau contoh Ajeng, Bun? Kan dia duduknya di belakang!"

         Dan ketika aku kabur ke teras karena kesal dipaksa belajar untuk remedial besok, tiba-tiba ada seorang bapak turun  dari motornya. "Pizza delivery!"

         Pizza? Wow! Bunda baik banget! Dapet 51 saja dipesenin pizza. Apalagi dapat 100? Tapi senyumku langsung sirna saat si Bapak menanyakan sebuah alamat. Teryata pizza itu bukan milikku. Aku jadi makin kesal.

         "Pak Ari ya?" Aku nyengir. Kali ini aku engga akan bohong. Cuma iseng."Bapak lurus saja, terus belok kiri. Nanti lewati tiga lapangan bola dan satu lapangan golf. Nah, habis itu puterin kuburan cina sambil nunduk ke bawah."

         Si Bapak langsung berenti mencatat."kenapa nunduk ke bawah segala?" tanyanya heran. "lah, kalau dongak ke atas nanti kesandung pak?" jawabku serius. "Nah, di sebelahnya ada rumah hijau. Rumah pak Ari tepat di depannya."

         Tadi aku memang masih bisa tersenyum puas. Tapi sekarang? Bunda menghukum sekaligus menyelamatkanku dari amukan pengantar pizza setelah ia tahu bahwa rumah Pak Ari benar-benar ada di depan rumah bercat hijau, milik keluarga kami.