Jadi seleb itu kayaknya seru, ya. Bisa jalan-jalan ke mana-mana, disukai banyak orang, bekerja sesuai dengan passion, dan dapat bayaran tinggi. Mungkin ini yang ada di benak kita ketika melihat sosok seorang seleb.
Namun, enggak selamanya kenyataan sesuai dengan bayangan kita itu. Sebagai contoh, kita bisa lihat seleb Kpop. Sosok mereka yang ganteng dan cantik, glamour, dan sukses membuat kita merasa kalau hidup mereka enak banget, ya. Namun, untuk bisa sukses itu bukan perjalanan yang gampang.
Dari data yang dikumpulkan oleh MelOn, situs musik terbesar di Korea, dan disadur dari Kpopstarz, selama sembilan tahun, dari tahun 2005 sampai Juli 2013, ada 244 grup yang debut. Dari 244 grup ini, hanya beberapa yang bertahan sampai sekarang dan menggapai popularitas.
Berikut 5 fakta mencengangkan di balik debut sebuah grup idol Korea. Selain memakan biaya banyak dan belum tentu grup ini sukses sehingga bisa balik modal.
Lihat di sini seleb Kpop yang akan debut tahun 2017.
Menurut ahli di bidang entertainment Korea, seperti disadur dari Herald Economy, industri idol ini memang menggiurkan. Namun sebenarnya, ini adalah bisnis dengan risiko tinggi, karena enggak semua idol yang debut bisa sukses.
Untuk debut sebuah grup, itu memakan biaya yang banyak banget. Bahkan sejak masih jadi trainee pun, sebuah agensi sudah harus mengeluarkan biaya banyak. Beberapa agensi juga membuat reality show atau survival show untuk para trainee, seperti SIXTEEN yang melahirkan TWICE.
Sebuah grup, diperkirakan memakan biaya sekitar 1.5 sampai 2 miliar won atau sekitar Rp17 - 23 milar. Sekarang, yang paling fenomenal adalah Loona.
Girl group ini belum debut, tapi mereka punya program memperkenalkan setiap member setiap bulannya, dengan mengeluarkan teaser berupa foto, video, dan video klip yang syuting di lokasi berbeda, seperti Prancis, Jepang, London, dan lainnya. Kabarnya, Loona memakan biaya sebesar 3.3 juta USD atau setara Rp45 miliar untuk proses debut ini.
Biaya ini enggak hanya diperuntukkan untuk training, tapi juga mencakup biaya produksi, marketing, manajemen, promosi yang terus berkelanjutan. Beberapa rookie idol bahkan bisa mengeluarkan beberapa album atau single dalam jarak berdekatan, agar publik terus aware dengan keberadaan mereka.
Mungkin kita bertanya-tanya, biaya sebesar itu untuk apa aja, sih? Industri musik Korea mengenal sistem trainee, yaitu para calon idol ini diberi pelatihan sebelum akhirnya debut. Lamanya masa trainee bermacam-macam, bisa hitungan bulan, atau bahkan tahunan.
Seulgi ‘Red Velvet’ butuh waktu tujuh tahun sebelum akhirnya debut. Ketika menjadi trainee, mereka sudah menandatangani kontrak, namanya trainee contract. Kalau masa kontrak sudah lewat, mereka bisa memperpanjangnya. Namun, enggak jarang juga yang akhirnya berhenti jadi trainee atau pindah ke agensi lain.
Dikutip dari Soompi.com, yang menerjemahkan artikel dari Naver Korea, seorang sumber dari agensi musik menyebutkan, kalau trainee enggak hanya menerima pelatihan, tapi juga mendapat tempat tinggal, makanan, dan pelajaran (vokal, dance, akting dan bahasa asing).
Besar kecilnya sebuah agensi berpengaruh terhadap jumlah trainee yang mereka punya dan seberapa besar uang yang dikeluarkan. Agensi besar bisa memiliki 20-30 trainee, contohnya SM Entertainment.
“Meski kelihatannya trainee ini enggak melakukan apa-apa, mereka bisa memakan biaya sekitar 30 juta won atau sekitar Rp360 juta setiap bulan,” ungkap sumber tersebut. Karena ini, kadang agensi kecil enggak memiliki kontrak antara trainee dan perusahaan, saking mahalnya.
Sudah lama training, belum tentu kita bisa debut. Bahkan, di detik-detik terakhir, bisa saja kita enggak jadi debut. Heo Chanmi, yang ikut di acara Produce 101, dulunya adalah calon anggota SNSD. Chanmi pernah mengaku kalau dia sudah rekaman lagu Into The New World, lagu debut SNSD, tapi Chanmi enggak berhasil debut sebagai SNSD.
Gong Seung Yeon, aktris Korea ini dulu sempat jadi trainee di SM Entertainment dan merupakan calon member Red Velvet, tapi dia keluar sebelum debut dan memutuskan jadi aktris.
Dikutip dari koreaherald.com, ada pengakuan dari seorang mantan trainee SM. Dia menulis di blognya, “Aku menjadi trainee selama lima tahun tapi enggak pernah ada kesempatan untuk debut. Enggak ada satu hari pun aku enggak berlatih,” ungkapnya.
Meski agensi enggak selamanya mengatur latihan, karena persaingan ini, seringkali trainee menambah sendiri jam latihan mereka.
Mantan trainee YG Entertainment juga membocorkan, “Awalnya itu berat banget. Pendidikan jadi prioritas terakhir kami dan kami harus bisa mengambil hati para staf dan CEO, itu prioritas utama. Ini merupakan waktu yang mengerikan untukku. Yang awalnya teman, lama-lama jadi rival.”
Biaya yang banyak ini juga dibutuhkan di awal-awal debut. Rata-rata, perusahaan baru bisa balik modal setelah dua tahun. Ini bisa lebih lama lagi bagi agensi kecil. Selama masa ini juga, mereka harus terus mempromosikan grup tersebut.
Semakin sering promosi, mereka akan semakin dikenal, maka publik akan mengetahui keberadaan mereka dan juga untuk menarik iklan. Salah satu cara promosi adalah aktif di music show TV mingguan dan ini masih memakan biaya.
Untuk tampil di Music Bank misalnya, sebuah agensi harus mengeluarkan 100 juta won atau setara dengar Rp1,2 miliar setiap bulan.
“Enggak semua grup bisa tampil. Ada batasan waktu dan staf bisa mengatur siapa yang akan atau enggak bisa tampil. Setiap Senin, banyak album yang dirilis jadi kami enggak bisa mendengarkan semua itu. Seringkali kami menerima grup yang memang sudah dikenal,” ungkap sumber dari acara musik, seperti dikutip dari Soompi.com.
Karena harus menbayar uang yang dikeluarkan saat trainee dan biaya produksi, seringnya artis enggak langsung mendapat bayaran meski mereka telah bekerja setelah debut.
Untuk artis dari SM, YG, dan JYP, mereka bisa langsung menerima bayaran. Namun, agensi lain harus mencapai Break Even Point (dulu, sebelum bisa membayar artisnya.
Contohnya, kalau biaya produksi memakan 1 juta won, maka artis harus mendapatkan pemasukan 1 juta won, minimal, seperti dikutip dari Koreaboo.com.
Sebagai contoh, EXID. Mereka sudah debut sejak 2012, tapi baru terkenal setelah fancam Hani di lagu Up & Down jadi viral pada tahun 2014. Sejak itu, mereka jadi salah satu grup yang sukses dan akhirnya bisa menerima bayaran.
“Kami enggak bisa bilang berapa banyak yang mereka terima, tapi kami membaginya secara rata karena mereka semua bekerja sangat keras sampai sekarang. Semuanya merasa senang,” ungkap perwakilan dari agensi mereka, seperti yang disadur dari Soompi.com.
AOA juga merasakan hal yang sama. Untuk pertama kalinya mereka mendapat bayaran di tahun 2015, setelah debut di tahun 2012. Sebelumnya, mereka harus membayar utang pengeluaran selama trainee, seperti dikutip dari Allkpop.com.
Dan, pemasukan ini kadang dibagi sama rata untuk semua member, selama beberapa tahun pertama, meski mungkin satu member bekerja lebih banyak. contohnya Seolhyun ‘AOA’ yang harus membagi rata honornya pada semua member meski pun dia lebih banyak bekerja karena mendapatkan banyak proyek solo seperti akting di drama atau iklan.
Jadi, di balik sisi glamour yang kita lihat, enggak semuanya diperoleh dengan gampang. Dan bisa saja, grup yang hari ini debut tapi besok menghilang karena agensi enggak punya uang yang cukup untuk mendukung mereka. Benar-benar berat, ya.