Keuntungan dan Kerugian Jadi Mahasiswa Kupu-kupu

By Averina Lita, Minggu, 7 Januari 2018 | 07:59 WIB
photobucket (Averina Lita)

Dibanding nongkrong di café atau ikut organisasi, kita lebih suka langsung pulang setelah mata kuliah usai.

Enggak jarang hal ini bikin kita diledekin teman, karena dianggap terlalu berorientasi sama pendidikan. Padahal kuliah memang tujuannya buat dapat ilmu dan nilai bagus, kan? Atau sebenarnya bukan itu aja?

Sebelum terlambat, ada baiknya kita tahu apa aja keuntungan dan kerugian jadi mahasiswa kupu-kupu.

Daripada terganggu sama berbagai kegiatan, lebih baik kita fokus belajar aja, supaya nilai IPK bisa bagus. Siapa tahu lagi, kita bisa lulus lebih cepat dari waktu seharusnya.

Lumayan kan, daripada uang habis buat bayar semesteran, kita malah bisa cepat-cepat dapat gaji.

Kalau kita berencana mau meneruskan ambil S2 atau apply beasiswa, kita juga bisa ikut berbagai les bahasa asing atau keterampilan lain.

Kita bisa memanfaatkan waktu pulang kuliah buat melakukan hal-hal lain yang kita suka, istirahat, atau kumpul bersama orang tersayang.

Buat yang suka traveling, jadwal kuliah yang enggak terlalu padat bisa banget kita manfaatkan buat pergi ke tempat-tempat seru. Enggak perlu pusing menyocokkan jadwal traveling dengan jadwal rapat organisasi.

Coba kita lihat di Instagram atau Youtube, makin banyak anak muda yang sukses mengembangkan hobi mereka jadi sesuatu yang bermanfaat bahkan menginspirasi.

Kalau kita suka nulis blog atau bikin video buat di-upload ke Youtube, kita bisa menekuninya dengan lebih serius. Melakukan sesuatu yang kita sukai dari hati tentunya akan membuahkan hasil yang lebih oke.

Pengalaman kerja part-time bisa membuat kita makin siap menghadapi dunia kerja yang sebenarnya dan membuat resume kita lebih meyakinkan.

Enggak cuma tambah pengalaman, kita juga bisa sekalian tambah teman dari berbagai kalangan dan keahlian. Atau kalau mau lebih mandiri, kita bisa mulai buka usaha kecil-kecilan.

Apalagi sekarang ini jumlah entrepreneur muda makin bertambah dengan lahirnya banyak startup baru. Pasti rasanya lebih menyenangkan kalau bisa membiayai uang kuliah sendiri dan enggak bergantung sama orangtua lagi.

Dengan jadi mahasiswa kupu-kupu, kita jadi enggak banyak punya teman. Soalnya waktu diajak jalan setelah pulang kuliah, kita lebih sering absen atau menggunakan berbagai alasan buat menolak.

Paling-paling teman yang kita punya terbatas pada teman sekelas. Akhirnya kita jadi lebih sering menghabiskan waktu sendirian selama di kampus, termasuk waktu makan di kantin.

Dengan sedikitnya orang yang kita kenal di kampus, berlanjut dengan sulitnya kita mendapatkan informasi.

Contohnya kalau dosen enggak masuk, kita yang udah datang pagi akhirnya harus menelan kecewa karena enggak tahu kabar ini.

Informasi lain kayak beasiswa atau pergantian kelas juga jadi ikut terlewatkan deh.

Teman sekelas yang tahu kalau kita hampir selalu langsung pulang setelah kuliah selesai, bisa jadi malas satu kelompok sama kita.

Mereka takut kalau kita bakalan susah diajak mengerjakan tugas kelompok di luar jam kuliah atau bahkan di luar kampus. Padahal tugas kuliah kan, banyak yang harus dikerjakan dalam kelompok.

Bisa jadi tujuan utama kita di balik keputusan buat jadi mahasiswa kupu-kupu adalah demi fokus kuliah.

Tapi karena enggak punya banyak teman, kita jadi merasa tersisih dan akhirnya berdampak sebaliknya, waktu masuk kuliah jadi saat yang enggak menyenangkan.

Lama-lama kita jadi malas kuliah. Duh, jangan sampai deh!