Cerita Mahasiswa Kedokteran tentang Suka Duka Kuliah di Jurusan Kedokteran

By Natalia Simanjuntak, Kamis, 29 Juni 2017 | 02:00 WIB
Cerita Ayu tentang Suka Duka yang Dialami Mahasiswa Kedokteran (Natalia Simanjuntak)

Jurusan kedokteran adalah salah satu jurusan yang paling sering dikenai stereotype sama masyarakat. Banyak yang nganggep lulusan dari jurusan ini sudah pasti sukses, kaya raya, dan masa depannya terjamin.

Kenyataannya, tahap yang harus dilewati para mahasiswa yang memilih untuk berkuliah di jurusan ini sangat panjang.

Setelah menyelesaikan kuliah dan mendapat gelar Sarjana Kedokteran, mereka masih harus menempuh tahapan tambahan lainnya, yakni coass dan internship yang berat sebelum akhirnya bisa praktek mandiri sebagai dokter umum

Nah, untuk tau lebih jelasnya, yuk kita ngobrol-ngobrol sama Rahayu Priyanti (22), yang tahun ini baru aja menyelesaikan pendidikannya dan meraih gelar S.Ked. Cerita Ayu tentang suka duka yang dialami mahasiswa kedokteran.

(Klik di sini untuk tahu tips belajar ala Hermione Granger) 

Sejak kecil aku memang punya cita-cita untuk jadi dokter, he-he. Tujuan utamaku, aku pengin ngebantu orang yang sakit, terlepas dari bagaimana kondisi ekonomi dan latar belakangnya.

Dan syukurnya, keluargaku sangat mendukung impianku ini.

Cerita Ayu tentang Suka Duka yang Dialami Mahasiswa Kedokteran

Awalnya sempat kaget dan kewalahan, karena cara belajar di kuliah benar-benar beda sama waktu sekolah dulu, terlebih kami menghadapi ujian baik tulis ataupun praktikum yang cukup banyak disetiap modul.

Tapi, Alhamdulillah, lama kelamaan bisa adaptasi dan mulai terbiasa karena kami juga dibimbing oleh senior selama 1 tahun pertama perkuliahan.

Selain itu kesan pertama masuk di jurusan ini aku benar-benar ngerasa takjub karena bisa lebih mengenal tubuh kita sendiri yang diciptakan Allah dengan begitu sempurna.

Jadi walaupun emang sempet ngerasa syok di awal, aku akhirnya lebih milih buat menikmati setiap keseruan dan hal-hal baru yang aku pelajari.

(Tindakan kekerasan seksual yang enggak kita sadari, cek di sini)

Bayanganku dulu kalau kuliah di jurusan ini pasti harus belajar terus, dan itu memang kenyataan sih, ha-ha. Di sini belajar bukan lagi soal keinginan, tapi kebutuhan.

Kami butuh belajar untuk bisa lulus dan butuh ilmu dari apa yang kami pelajari untuk bisa membantu pasien-pasien kami nanti karena kami benar-benar berurusan langsung dengan nyawa manusia kan?

Disini kami dituntut untuk mengembangkan materi yang telah diberikan dosen dari sumber lain, entah buku ataupun jurnal.

Kalau ditanya berat atau nggak, kadang terasa berat sih, tapi aku yakin selama kita suka bidangnya, kita pasti bisa menikmati setiap prosesnya kok.

Ketika ada kegiatan organisasi yang waktunya mepet dengan waktu ujian, sehingga kita harus belajar cara bagi waktu.

Selain itu aku juga ngerasa berat pas ngerjain skripsi, soalnya kita gak punya waktu khusus untuk skripsi.

Kami melakukan penyusunan skripsi berbarengan dengan kegiatan belajar dikampus, sehingga lagi-lagi kami harus tau cara membagi waktu.