8 Fakta yang Perlu Cewek Tahu Tentang Penyakit Menular Seksual, HPV

By Indra Pramesti, Kamis, 14 Desember 2017 | 07:25 WIB
Yuk cari tahu soal HPV (Indra Pramesti)

HPV atau human papillomavirus adalah salah satu jenis penyakit menular seksual. Virus ini bisa menyebabkan kutil pada organ genital kita yang secara medis dinamakan ‘papilloma’.

Namun enggak semua tipe HPV menyebabkan kutil. Beberapa tipe dari HPV malah enggak menimbulkan gejala apapun. Tapi ada juga beberapa tipe yang bisa menimbulkan kanker. Ini lah mengapa, sebagai cewek kita perlu memahami fakta penting tentang HPV.

Ditambah lagi dengan fakta kalau HPV adalah virus yang umum terjadi enggak hanya pada cewek, tapi juga pada cowok. Yuk, kenali 8 fakta penting yang perlu cewek tahu tentang penyakit menular seksual, HPV.

(Baca juga: 5 Kelainan Pada Puting Payudara yang Wajib Kita Waspadai)

Kenyataannya, HPV adalah kumpulan dari berbagai macam virus. Seenggaknya ada lebih dari 100 tipe HPV dan masing-masing memiliki dampak yang berbeda pada tubuh kita. Sehingga bisa bisa dibedakan tipe ringan dan tipe yang paling berbahaya.

HPV tipe ringan enggak menimbulkan kanker, tapi bisa menimbulkan kutil pada organ genital kita. Dilansir dari seventeen.com, ob/gyn di Orange Coast Memorial Medical Center di Fountain Valley, CA, G. Thomas Ruiz, MD, menyatakan bahwa 2 tipe HPV tertentu adalah penyebab dari 90% risiko kutil pada organ genital.

Sementara infeksi HPV yang berbahaya dan bisa memicu kanker, jarang menimbulkan gejala pada penderitanya. Biasanya HPV tipe ini bisa menyebabkan kanker serviks, anus, tenggorokan, vagina, dan vulva, atau penis pada laki-laki.

Meski baru pertama kali melakukan hubungan seksual, kita masih bisa mengalami risiko menderita penyakit menular seksual lainnya, dan bukan hanya HPV saja.

HPV sendiri meskipun sering menyebar lewat hubungan vaginal atau anal, pada kenyataannya juga bisa menyebar lewat oral seks. Menguatkan fakta bahwa sekitar 12% remaja perempuan yang mengaku belum pernah berhubungan seksual masih bisa terkena risiko virus tersebut.

Karena kebanyakan tipe HPV tidak menimbulkan gejal-gejala yang jelas, akhirnya sulit bagi kita untuk mengetahui apakah seseorang menderita virus HPV atau enggak.

Ada kemungkinan sistem imun pad atubuh kita bisa menghilangkan virus HPV dalam tubuh sebelum hal berbahaya terjadi. Menurut Sarah Yamaguchi, MD, ob/gyn di Good Smaritan Hospital, Los Angeles, mengatakan bahwa ada kemungkinan HPV tipe berbahaya bisa hilang setidaknya dalam kurun waktu satu tahun.

Dengan bantuan dokter ginekolog, kita juga bisa di-treatment supaya sel-sel yang enggak normal bisa dihilangkan sebelum berubah menjadi kanker. Makanya, kita perlu waspada terhadap risiko virus ini dan selalu melakukan check-up yang teratur.

(Baca juga: 5 Penyakit yang Rentan Menyerang Vagina dan Wajib Diwaspadai. Harus Tahu!)

Berdasarkan National Cancer Institute, HPV bisa menyebabkan setidaknya 70% kemungkinan kanker serviks, 95% kanker anal, dan 65% kanker vagina.

Jadi kalau dokter kita menawarkan vaksin HPV, pada dasarnya treatment tersebut bukan untuk menghilangkan risiko kutil pada vagina (yang sebenarnya relative mudah untuk diobati), tapi untuk menurunkan risiko kanker.

Kondom memang disebut mampu melindungi kita dari risiko virus HPV, menurunkan risiko terjangkit infeksi menular seksual lainnya, tapi enggak selamanya kondom mampu melindungi risiko-risiko tersebut.

Menurut dr. Yamaguchi, kondom hanya melapisi bagian penis saja, sementara virus HPV bisa menyerang seluruh area organ genital. Itulah mengapa, vaksin disebut sebagai perlindungan terbaik untuk mencegah diri kita daris erangan virus HPV. Ada tiga jenis vaksin yang tersedia dan bisa melindungi kita dari tipe-tipe HPV yang menyebabkan kutil pada organ genital atau pun kanker.

Menurut dr. Ruiz, vaksin HPV terjamin keamanannya. Sekalipun memiliki efek samping seperti sakit dan kemerahan pada bagian yang disuntik vaksin, efek tersebut dapat hilang dalm kurun waktu beberapa hari saja.

Efek samping yang serius biasanya seperti gejala alergi atau pingsan, tapi keduanya sangat jarang terjadi.

Normalnya, saat kita mneginjak usia 21 tahun, dokter ginekolog akan melakukan screening untuk mendeteksi adanya risiko kanker serviks, yang sering dikenal dengan sebutan tes Pap.

Jika kita memiliki risiko kanker, dokter akan segera melakukan beberapa treatment untuk mengatasi sel berbahaya sebelum berubah menjadi kanker.

(Baca juga: 9 Pertanyaan Tentang Penyakit Menular Seksual Akhirnya Terjawab!)