Dikutip dari buku berjudul Disability Etiquette – Tips on Interacting People with Disabilities terbitan ASB (arbeiter-Samariter-Bund) Deutsland e.V, setidaknya ada 6 hal-hal dasar dalam memperlakukan seorang penyandang disabilitas, yakni;
Meskipun menyandang siabilitas tertentu, kita enggak perlu beranggapan bahwa dia selalu membutuhkan pertongan. Jika lingkungannya aksesibel, difabel biasanya bis amelakukan segala sesuatu dengan baik.
Bahkan seorang difabel dewasa mengharapkan dirinya diperlakukans ebagai pribadi mandiri. Tawarkan bantuan hanya ketika mereka mmebutuhkan bantuan. Lalu tanyakan, bagaimana kita bisa membantu mereka sebelum melakukannnya.
Beberapa penyandang disabilitas bergantung pada kedua tangan mereka untuk menjaga keseimbangan. Memegang kedua tangan mereka, meski kita bermaksud buat membantu, justru bisa membuatnya kehilangan keseimbangan, lho. Hindari menepuk kepala, memegang kursi roda atau pun tongkatnya. Difabel menganggap alat bantu mereka sebagai bagian dari hal personal mereka.
Meski ada penerjemah di antara kita, sebaiknya kita tetap berbicara langsung kepada penyandang disabilitas, bukan kepada pendamping atau penerjemahnya. Percakapan yang ringan dengan penyandang disabilitas merupakan hal yang baik, dan berbicaralah kepadanya sebagaimana kita melakukannya kepada orang lain. Pastikan juga untuk menghormati privasinya.
Sama seperti kita, penyandang disabilitas juga mampu melakukan suatu pekerjaan dengan baik. Mereka bisa mengambil keputusan terbaik tentang apa yang bisa atau pun enggak bisa mereka lakukan. Jadi kita enggak perlu mengambil keputusan untuk mereka soal bagaimana mereka terlibat dalam aktivitas tertentu.
Sama seperti kita yang sesekali memiliki permintaan dan butuh bantuan, penyandang disabilitas juga enggak jauh beda. Mereka juga kadang memiliki permintaan yang sama. Ketika mereka mengemukakannya, sebaiknya kita menanggapi dengan sopan dan ramah, sebagaimana kita menanggapi teman-teman kita pada pada umumnya.