Bosan Sama Diet? Yuk, Cobain ‘Intuitive Eating!

By Indra Pramesti, Selasa, 15 Mei 2018 | 08:45 WIB
Wajib dicoba, nih, girls! (Indra Pramesti)

Ada makanan yang baik ada juga makanan yang enggak menyehatkan sehingga berpotensi merusak tubuh kita. Oleh sebab itu, enggak sedikit dari kita yang perlu mengatur pola makan dengan menjalankan diet.

Sayangnya, diet yang berlarut-larut sering bikin kita bosan, nih, girls. Tapi jangan khawatir, karena kita bisa mencoba alternatif lain dengan mencoba intuitive eating. Apa, sih, yang dimaksud dengan intuitive eating? Yuk, simak penjelasannya berikut!

(Baca juga: 6 Cara Keluar Dari Fase ‘Infatuation’ Alias Tergila-Gila Sama Gebetan. Pernah Mengalaminya?)

Intuitive eating pertama kali ditemukan di tahun 1990-an oleh Evelyn Tribole, RD, dan Elyse Resch, RDN.

Pada dasarnya, intuitive eating cenderung sulit untuk diikuti oleh banyak orang. Alasannya karena tidak ada peraturan khusus untuk diikuti, tidak ada pengurangan makanan, atau pun makanan-makanan yang dilarang.

Menurut Lisa Samuels, RD, founder dari The Happie House, intuitive eating bisa disimpulkan sebagai gaya hidup anti-diet, karena kita cuma diwajibkan untuk mengikuti dua peraturan; (1) mendengarkan tubuh kita (intuisi), dan (2) memberi apa yang tubuh kita butuhkan.

Umumnya, diet mengharuskan kita untuk merencanakan jumlah-jumlah kalori tertentu, dan kita wajib mengikutinya. Meski kita pengin lebih dari itu, kita tetap dipaksa untuk mengikuti pattern-nya.

Sementara itu, intuitive eating merupakan kebalikan dari diet pada umumnya. Lisa Samuels memaparkan bahwa kita enggak perlu merasa bersalah atau malu jika enggak mengikuti ketentuan dalam diet. Karena kita lebih mengutamakan apa yang tubuh kita inginkan. Artinya makan ketika kita merasa lapar, dan berhenti ketika kita sudah merasa kenyak.

(Baca juga: Bahasa Tubuh Gebetan Waktu Kencan Pertama Menurut Zodiak)

Mengikuti pola diet, di mana kita harus memenuhi kalori yang ditentukan, malah membuat tubuh kita jadi enggak bisa menaksir apakah kita beneran lapar atau enggak. Bahkan kita lebih sering merasa pengin makan makanan tertentu karena bosan dan stres. Dengan melakukan intuitive eating, kita jadi bisa memperbaiki kebiasaan ini.

Menurut Grace Derocha, seorang dietitian dan pelatih diabetes dari Blue Cross Blue Shields, Michigan, untuk mulai melakukan intuitive eating dengan tepat, kita bisa mengukur rasa lapar kita dengan skala satu sampai 10. Satu artinya kita enggak lapar sama sekali, sementara 10 artinya kita boleh menyantap makanan apapun di depan kita.

Dengan memahami skala rasa lapar kita, nantinya kita jadi lebih bisa memilih dengan baik. Nah, biar kita enggak kebablasan dan malah menyantap makanan yang enggak sehat, alihkan pilihan kita ke makanan yang sehat atau jenis makanan yang enggak terlalu berbahaya. Jadi meskipun makan dalam jumlah yang besar, jenis makanannya tetap sehat dan baik buat tubuh kita.

Kunci utama intuitive eating adalah untuk mempercayai keinginan tubuh kita, memperhatikan makanan yang kita konsumsi, dan mendengarkan pesan yang tubuh kita sampaikan. Kalau kita percaya sama intuisi, maka kita enggak akan terjebak di kebiasaan yang salah.

Nah, kamu tertarik buat mencoba intuitive eating? (EliteDaily)

(Baca juga: Bukan ‘Hungry’ Tapi ‘Hangry’. Ini Dia Penjelasannya Menurut Ahli Diet!)