8 Fakta Mengharukan Ekapol, Asisten Pelatih Bola Thailand yang Menjaga Timnya

By Indah Permata Sari, Kamis, 12 Juli 2018 | 12:20 WIB
Ekapol Chanthawong (foto : NDTV)

Ekapol Chanthawong, adalah seorang asisten pelatih sepak bola yang bertugas untuk membawa anak-anak tim sepak bola yang lebih muda ke lapangan di dekat pegunungan Doi Nang Non perbatasan antara Thailand dan Myanmar.

Dilansir dari laman businessinsider.sg, setelah pertandingan sepak bola, Ekapol membawa anak-anak masuk ke dalam goa sejauh 2,5 miles untuk melakukan ritual yang mana anak-anak ini nantinya bisa menuliskan nama mereka di dinding goa.

Namun sebuah bencana terjadi, dilansir dari laman kompas.com, terjadi hujan lebat yang menyebabkan banjir juga dan Ekapol beserta 12 anak-anak dinyatakan hilang.

Pencarian pun dilakukan dan dalam waktu hampir 10 hari enggak ada kabar dari mereka, dan tim penyelamat pun menemukan mereka berada di dalam goa. Di sana mereka berkumpul dalam keadaan berkerumun pada satu area kecil yang berlumpur dan dikelilingi banjir.

Banyak yang mengecam aksi Ekapol karena dia dinilai lalai padahal di luar goa sudah ada tanda peringatan, namun karena Ekapol juga semua anak-anak yang terjebak berhasil bertahan hidup dan selamat. Ekpaol bahkan memberikan semua makanan yang dia miliki kepada anak-anak sementara dia menolak untuk ikut makan. Ekapol juga yang terakhir keluar dari dalam goa.

Sosok Ekapol ini sangat menarik perhatian publik, karena pro dan kontranya. Ini 8 fakta mengharukan tentang Ekapol, asisten pelatih bola dari Thailand yang menjaga timnya.

1. Ekapol masih berusia muda

Ekapol Chanthawong

Tahun 2018 ini Ekapol baru berusia 25 tahun, yang berarti Ekapol terbilang masih muda namun dia sudah mampu bersikap dewasa dalam menjaga anak-anak didiknya agar bisa bertahan hidup.

2. Ekapol adalah seorang anak yatim piatu

Ekapol adalah seorang yatim piatu. Dilansir dari laman worldofbuzz.com, saat Ekapol berusia 10 tahun, secara tragis dia kehilangan kedua orang tua dan adiknya yang berusia 7 tahun karena sebuah penyakit yang menyebar di desanya di Thailand bagian Utara.

Dia dirawat oleh keluarga besarnya sampai dia berusia 12 tahun, dan digambarkan sebagai ‘anak sedih yang kesepian’ kala itu.