Gurun itu tercatat sebagai tempat paling kering dan paling tua di planet Bumi dan hal aneh baru-baru ini terjadi.
Setelah ratusan tahun, dimulai pada tahun 2015, gurun ini mendapatkan curah hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Baca Juga : Puing-Puing yang Diyakini Milik Pesawat MH370 Kembali Ditemukan
''Ketika hujan datang ke Atacama, kami berharap organisme untuk mekar dan padang pasir menjadi lebih hidup. Namun sayangnya, kami justru menemukan sebaliknya,'' kata Dr Albertor G. Fairen, seorang astrobioligis yang memimpin penelitian.
Dikutip dari Tree Hugger, hujan di Gurun Atacama menyebabkan kepunahan besar-besaran sebagian spesies mikroba pribumi yang ada di sana.
Sebelum hujan terjadi, tanah yang sangat panas dihuni oleh 16 spesies mikroba kuno yang berbeda.
Setelah hujan, hanya ada dua hingga empat spesies mikroba yang ditemukan di sekitar Gurun Atacama.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa mikroorganisme asli daerah itu berkembang di bawah kondisi keras dari habitat super kering mereka.
Baca Juga : 8 Kebiasaan yang Dianggap Sehat ini Nyatanya Berbahaya Buat Kesehatan
Namun perubahan iklim di Pasifik menyebabkan hujan sehingga kepunahan massal tak bisa dihindarkan.
Dikutip dari Tree Hugger, peristiwa hujan tahun 2015 dan 2017 bermula karena sejumlah besar awan memasuki Atacama dari Samudera Pasifik setelah musim gugur terjadi.
Model iklim menunjukkan bahwa hujan seperti ini dapat terjadi sekali setiap abad. Namun kejadian curah hujan dengan intensitas cukup tinggi yang terjadi selama 3 tahun terakhir belum pernah ada setidaknya selama 500 tahun.
Source | : | nakita |
Penulis | : | None |
Editor | : | Ngesti Sekar Dewi |
KOMENTAR