CewekBanget.ID - Teman-teman adalah sosok yang membuat hidup semakin berarti dengan segala dukungan sosial-emosional yang mereka berikan.
Namun, ternyata enggak semua pertemanan memiliki efek positif.
Bahkan beberapa teman justru menjadi racun alias 'toxic' bagi lingkungan pertemanannya.
Duh, jangan sampai kita jadi salah satunya, deh! Pasalnya, pertemanan toxic malah bikin mental kita terkuras alih-alih membuat kita bahagia.
Polanya mungkin bisa berbeda-beda, namun beberapa contoh perilaku pertemanan toxic berikut mungkin bisa kita jadikan bahan pembelajaran untuk berhati-hati.
Baca Juga: Penting! Ini 5 Tipe Teman yang Harus Kita Miliki dalam Hidup
Saling Menjatuhkan
Dalam pertemanan, kita pasti sering bercanda satu sama lain, dan sedikit saling ejek enggak akan mengganggu keberlangsungan hubungan pertemanan.
Apalagi jika kita dan teman sama-sama menganggap hal itu pantas ditertawakan saja.
Namun, jika salah seorang teman terus-menerus merendahkan kita dan membuat kita merasa sedih, baik dia menggunakan taktik halus atau hinaan yang terang-terangan, pertemanan itu mungkin enggak sehat.
Bergosip Tentang Kita
Kita mungkin memberi tahu seorang teman sesuatu hal yang rahasia, tapi keesokan harinya, seluruh lingkaran sosial kita mengetahui detailnya.
Siapa pun bisa tergelincir dan mengatakan hal-hal yang enggak seharusnya mereka katakan.
Namun, teman-teman yang toxic mungkin memang senang menyebarkan rahasia temannya, bahkan ketika kita meminta mereka untuk merahasiakan informasi pribadi itu.
Seseorang yang terus-menerus merusak kepercayaan kita mungkin enggak terlalu peduli dengan perasaan kita.
Enggak Tulus Minta Maaf
Ketika kita menegur karena perilakunya, dia mengabaikannya atau meminta maaf tapi tampak enggak tulus.
Mereka cenderung memilih kalimat minta maaf yang defensif dan penuh alasan, misalnya dengan berdalih kalau mereka cuma bercanda.
Kata permintaan maaf seperti ini menunjukkan bahwa seseorang enggak terlalu peduli bagaimana tindakan mereka memengaruhi kita.
Bikin Kita Merasa Gugup
Reaksi yang enggak pasti belum tentu mengindikasikan seseorang toxic, tapi ketika reaksi mereka menyebabkan bahaya atau kekerasan, maka sebaiknya kita berhati-hati.
Enggak ada orang yang sepenuhnya dapat diprediksi, tetapi masuk akal jika kita berharap lebih pada seseorang yang kita percaya bahwa mereka dapat mengekspresikan emosinya dengan aman dan sehat.
Teman yang toxic mungkin akan sangat kesal dan meneriaki kita hanya gara-gara hal kecil, seperti lupa mematikan televisi atau mengembalikan jaket yang mereka pinjamkan.
Namun, di beberapa waktu berikutnya mereka bersikap seolah enggak ada apa-apa.
Jika kita selalu sulit menebak reaksi mereka, maka mungkin berada di sekitar mereka enggak akan pernah nyaman.
Baca Juga: 4 Cara Biar Tetap Terhubung Sama Teman Selama Pandemi Menurut Psikolog. Wajib Coba!
Membuat Kita Enggak Tenang
Menghabiskan waktu bersama seorang teman seharusnya membuat kita merasa nyaman.
Namun, menghabiskan waktu bersamanya malah membuat kita merasa gelisah dan kesal, meskipun kita enggak bisa menjelaskan alasannya.
Di sisi lain, ketika meninggalkan dia, kita lebih merasa lega ketimbang kecewa dan kita enggak menunggu-nunggu waktu berikutnya bersama mereka.
Jika kita merasakan hal ini, cobalah melihat kembali pertemanan kita.
Mungkin saja selama ini ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa ada hal yang enggak benar.
Membandingkan Dengan Orang Lain
Setiap orang punya keunikannya sendiri, dan seorang teman yang baik akan mengetahui itu sehingga dia enggak akan membandingkan kita dengan orang lain atau menilai kita kurang dari orang lain.
Dia pasti enggak menggunakan tekanan pertemanan untuk membuatmu melakukan hal-hal yang kamu enggak pengin lakukan.
Kalau teman kita justru melakukan sebaliknya, sebaiknya pertimbangkan kembali hubungan pertemanan yang bisa jadi enggak sehat itu, deh.
Baca Juga: 5 Tips Menghadapi Teman yang Mulut Besar. Harus Hati-hati, Nih!
Memprioritaskan Diri Sendiri
Apakah teman kita kerap datang ketika segala hal sedang terlihat baik-baik saja atau ketika membutuhkan sesuatu, namun ketika kita sedang memiliki momen yang berat, kita malah sulit menjangkaunya?
Beberapa teman bisa saja menceritakan masalah mereka sendiri sampai berjam-jam, tapi ketika sudah selesai, dia akan menanyakan kembali bagaimana kabar kita, sebelum percakapan kembali pada topik tentang dirinya.
Dia juga akan menawarkan empati untuk masalah kita, bukan justru memprioritaskan dirinya dan enggak memedulikan kita.
Mencoba Mengubah Kita
Seseorang yang mencoba mengubah hal-hal tentang kita mungkin bukan teman yang ideal.
Seorang teman yang baik paham bahwa setiap orang punya kepribadian berbeda, dan tentu akan menerima kepribadian kita.
Jika kita meminta bantuan padanya tentang sesuatu yang perlu diubah, dia mungkin akan memberikannya, tetapi menunggu diri kita bertanya dan enggak akan memintanya duluan.
Misalnya, ketika kita sedang kesulitan dalam lingkungan sosial dan pengin menjadi lebih baik dalam bertemu orang baru.
Seorang teman yang baik mungkin akan menyarankan kita untuk datang ke acara mereka berikutnya sehingga kita dapat diperkenalkan kepada beberapa teman lain di lingkungannya, namun itu enggak berarti mengubah kita tanpa diminta.
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR