Sementara itu, Nadira ingat bagaimana temannya yang seorang Jepang dan keluarganya selalu memperhatikan kebutuhannya untuk sahur dan berbuka puasa selama sebulan penuh.
"Jadi pas aku sahur, malamnya dimasakin makanan dulu sama ibunya (satu bulan full). Dan buka puasa, suka dibeliin takjil manis-manis kayak kue-kuean gitu, dan mereka tanya kalau buka puasa apa, dan dibikinin teh hangat segala," kenang Nadira.
Bahkan, mereka juga pernah memasak masakan Indonesia yang sedang diidamkan Nadira bareng-bareng. Seru banget!
"Sekali juga mereka nanya ngidam makanan apa, akhirnya pernah ramai-ramai masak martabak, soto betawi, sama soto biasa gitu haha, dengan bumbu terbatas pastinya," katanya.
Lain ceritanya dengan Anantya, yang kadang bukber secara virtual dengan teman-teman di Indonesia karena kangen.
"Beberapa kali sempat bukber virtual gitu sama teman-teman yang memang biasanya tiap tahun pasti bukber," kata Anantya.
Di sisi lain, Mutia yang telah lama tinggal di Korea Selatan merasa kangen dengan kebiasaan ngabuburit dengan mencari menu takjil dan berbuka puasa sore hari di Indonesia.
"Nah kalau di sini ya seadanya gitu makannya makanan Korea atau kalau mau makanan Indo jadinya beli ke restoran Indo atau masak sendiri," jelasnya, "Terus kalau janjian sama teman kadang mereka mau makan juga nungguin kita dapat notif shalat Maghrib dulu."
Sedangkan Ut mengatakan, budaya berpuasa Ramadan di Yordania lebih-kurang sama seperti di Indonesia, termasuk tradisi bukber yang terus dijaga oleh komunitas warga negara Indonesia di sana.
"Jadi kita tetap bukber antar komunitas Indo aja," kata Ut.
Menarik banget kan, pengalaman berpuasa di luar negeri teman-teman kita ini?
Masih ada lagi cerita tentang puasa di perantauan nih, jadi jangan lewatkan bagian keduanya nanti ya, girls!
(*)
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR