CewekBanget.ID - Ulang tahun Jakarta dirayakan pada tanggal 22 Juni setiap tahunnya.
Dalam rangka ulang tahun ke-494 ibukota Republik Indonesia ini, mungkin ide yang bagus bagi kita untuk napak tilas sejarah Jakarta dengan mengunjungi sejumlah tempat bersejarah.
4 tempat wisata berikut ini bakal membawa kita kembali menelusuri sejarah Jakarta dan membuat kita lebih mengenal asal-usul dipilihnya tanggal ulang tahun Jakarta yang kini kita rayakan, nih!
Tapi ingat, kalau kita berencana untuk berwisata demi memperingati ulang tahun Jakarta nanti, protokol kesehatan tetap harus diterapkan dengan ketat, ya.
Baca Juga: Jelang Ulang Tahun Jakarta, Ini Sejarah Namanya yang Paling Dikenal!
Kawasan Kota Tua
Selain Monas, Kota Tua juga jadi salah satu ikon utama Jakarta yang enggak boleh kita lewatkan kalau sedang berjalan-jalan di ibukota, nih.
Di pusat kawasan Kota Tua, terdapat Museum Fatahillah atau Museum Sejarah Jakarta yang dibangun pada 1626 dan memiliki sejumlah obyek yang menandai perjalanan sejarah Jakarta, sejak masih berupa kota pelabuhan bernama Sunda Kelapa hingga menjadi Daerah Khusus Ibukota (DKI).
Bangunan Museum Fatahillah sendiri dulunya merupakan Gedung Balai Kota Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Jenderal Jan Pieterszoon Coen.
Selanjutnya bangunan tersebut sempat menjadi kantor pemerintahan Provinsi Jawa Barat saat Jakarta masih berada di bawah provinsi tersebut tahun 1925-1942, sebelum menjadi gudang pengumpulan logistik Dai Nippon pada 1942-1945, lalu diresmikan sebagai Museum Sejarah Jakarta pada 30 Maret 1974.
Alun-alunnya yang luas sering banget menjadi tempat masyarakat berkumpul dan berwisata, ditambah lagi terdapat penyewaan sepeda onthel, pedagang berbagai kuliner khas Betawi, hingga bangunan di sekitar kawasan museum yang gaya klasik kolonialnya masih dipertahankan hingga kini.
Selain itu, enggak cuma Museum Fatahillah, terdapat pula sejumlah museum lain di kawasan Kota Tua yang bisa kita kunjungi kalau mau tahu lebih lanjut mengenai sejarah Jakarta dan Indonesia.
Baca Juga: Ulang Tahun ke-493, Kepoin 13 Nama yang Pernah Disandang Jakarta! (Part 2)
Galangan Kapal VOC
Berlokasi di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara, bangunan ini dulunya merupakan kantor pusat kegiatan perusahaan dagang Hindia Belanda, yaitu Vereenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Logo VOC besar masih terpasang pada bagian sisi gedung dan bangunan ini diduga didirikan pada tahun 1628.
Sesuai namanya, bangunan ini juga pernah menjadi galangan kapal tempat memperbaiki dan menyimpan kapal-kapal besar yang akan berlayar ke perairan terbuka dalam waktu lama.
Kini Galangan Kapal VOC beralihfungsi menjadi Galangan VOC Resto & Cafe yang menyajikan kuliner khas Indonesia dan Tionghoa.
Baca Juga: Rayakan HUT Jakarta dengan Tur Virtual untuk #WaktuBerkualitas, Yuk!
Museum Bahari
Enggak terlalu jauh dari Galangan VOC, terdapat Museum Bahari yang berlokasi tepat di seberang Pelabuhan Sunda Kelapa.
Pada masa kolonialisme Belanda, gedung museum ini merupakan gudang untuk menyimpan, memilih, dan mengepak berbagai hasil bumi seperti rempah-rempah komoditas VOC untuk dikirim ke Eropa.
Selain hasil bumi, gudang ini juga pernah digunakan untuk menampung berbagai barang dagangan utama VOC di Nusantara, antara lain rempah, kopi, teh, tembaga, timah, dan tekstil.
Ketika Jepang mengambilalih penjajahan di Indonesia, gedung ini digunakan untuk menyimpan barang logistik tentara Jepang, lalu setelah kemerdekaan Indonesia gudang ini digunakan oleh PLN dan PLT.
Baru pada 7 Juli 1977 bangunan ini diresmikan sebagai Museum Bahari yang menampilkan berbagai koleksi menarik terkait kemaritiman Indonesia, seperti beragam jenis perahu tradisional hingga kapal VOC, data biota laut dan sebaran jenis ikan di perairan Indonesia, dan sebagainya.
Museum Taman Prasasti
Kalau pengin mengunjungi tempat wisata bersejarah di Jakarta yang enggak biasa, mungkin kita bisa mampir ke Museum Taman Prasasti, nih.
Museum yang terletak di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat ini dulunya merupakan pemakaman umum Kebon Jahe Kober yang dibangun pada 1795 untuk menggantikan pemakaman lain di samping gereja Hollandsche Kerk (kini Museum Wayang).
Pada 1974-1975, pemakaman Kebon Jahe Kober pun ditutup dan direvitalisasi oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta.
Kemudian pada 9 Juli 1977, kawasan tersebut dialihfungsikan menjadi museum dan dibuka untuk umum dengan koleksi prasasti, nisan, dan makam sejak zaman Belanda.
Dilansir dari mitramuseumjakarta.org, seluruh jenazah yang ada di sana telah dipindahkan dan diserahkan kepada keluarga atau ahli waris, jadi nuansanya enggak bakal terlalu seram kok!
(*)
Source | : | Sejarah Lengkap,Yayasan Mitra Museum Jakarta |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Salsabila Putri Pertiwi |
KOMENTAR