Pasalnya, program D2 Jalur Cepat ini memang ditujukan untuk membantu lulusan vokasi memiliki kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia usaha dan dunia industri (DUDI), serta mampu menghasilkan produk komersial yang dapat dipasarkan ke masyarakat.
D2 Jalur Cepat memang dicanangkan sebagai landasan prinsip link and match antara lulusan vokasi, industri, dan institusi supaya daya serap tenaga kerja menjadi lebih tinggi dan bisa menekan angka pengangguran di Indonesia.
Baca Juga: Perbedaan Vokasi dan Sarjana yang Perlu Remaja Ketahui Agar Bisa Sukses
Dual System untuk Atasi Pengangguran
Bukan tanpa alasan, program D2 yang satu ini diberi julukan Jalur Cepat.
Setelah lulus SMK, kita akan diarahkan untuk langsung mempersiapkan diri menuju masa magang, sehingga kita cuma akan menempuh masa kuliah di politeknik selama 1,5 tahun atau 3 semester. Wow!
“Setelah di SMK lulus 3 tahun, itu masuk ke semester 1 politeknik,” ungkap Wikan Sakarinto, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi, dalam sesi bimbingan teknik D2 Jalur Cepat (22/11). “Langsung pindah. Itu jadi mahasiswa, kuliah di politeknik semester 1, terus semester 2 dan 3 ke industri, magang.”
Eits, enggak sekadar magang, kita juga masih tetap mendapatkan pembelajaran sesuai bidang terkait di semester 2 dan 3 saat menempuh jenjang D2 melalui program Fast Track alias Jalur Cepat ini.
Sistem ini dinamakan dual system, yaitu ketika kita bisa menjalani magang, bekerja, menerima upah, serta mendapatkan kompetensi yang lebih tinggi, tetapi juga harus tetap mengikuti kelas atau training yang diselenggarakan oleh industri.
“Magang, tapi ada pembelajarannya, training sambil magang. Jadi nanti pulang magang itu dianggap setara dengan 36 SKS,” lanjut Wikan.
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Indah Permata Sari |
KOMENTAR