CewekBanget.ID - Hayooo siapa yang kalau makan roti tawar, pinggirannya selalu disisihkan alias enggak dimakan?
Setelah mengetahui fakta yang satu ini, dijamin bakal bikin kita mikir dua kali kalau mau membuang pinggiran roti tawar.
Nyatanya, pinggiran roti tawar berwarna kecokelatan dan teksturnya rada keras ini enggak kalah bergizi dari bagian tengah roti yang berwarna putih, lho!
Bahkan pinggiran roti tawar disebut-sebut memiliki kandungan antioksidan yang tinggi untuk memerangi kanker.
Baca Juga: Jadi Andalan Buat Sarapan, Ini Bahaya Terlalu Sering Makan Roti Tawar!
Kandungan gizi pada pinggiran roti tawar
Melansir Bobo.ID, bangian pinggir roti diketahui bahwa punya tingkat antioksidan yang tinggi.
Meskipun begitu, hal ini bukan berarti pinggiran roti lebih bergizi dari bagian tengah roti.
Nyatanya, pinggiran roti punya gizi yang sama dengan bagian tengah roti.
Selain itu, gizi dari roti juga ditentukan oleh bahan-bahan yang digunakan untuk membuat rotinya.
Misal bahan yang digunakan untuk membuat roti, apakah menggunakan tepung terigu, campuran gandum, atau gandum utuh.
Roti yang terbuat dari gandum utuh diketahui punya gizi yang paling tinggi dibandingkan jenis roti lainnya.
Namun memang ada beberapa orang yang enggak menyukai pinggiran roti karena rasanya yang kurang lezat dan teksturnya yang lebih keras.
Manfaat pinggiran roti tawar
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ditemukan bahwa pinggiran roti mengandung senyawa bernama pronyl-lysine, yaitu sebuah antioksidan.
Dibandingkan dengan bagian tengah roti, antioksidan ini jumlahnya delapan kali lebih banyak di pinggiran roti.
FYI, antioksidan yang satu ini merupakan senyawa penting untuk mencegah kanker lho, girls!
Nah, senyawa pronyl-lysine ini berguna untuk meningkatkan jumlah enzim fase II, yang berdasarkan penelitian, bisa mencegah kanker berkembang dalam tubuh.
Baca Juga: 5 Buah Kaya Antioksidan Ini Bantu Kita Dapatkan Kulit Glowing Idaman!
Proses pemanggangan roti mengubah senyawa pada pinggiran roti
Kalau diperhatikan, tekstur dan warna pinggiran roti berbeda dengan bagian tengahnya.
Hal ini terjadi karena adanya proses kimia yang disebut sebagai reaksi Mailliard yang muncul saat proses pemanggangan roti.
Ketika adonan roti dipanggang, maka akan menghasilkan serangkaian proses kimia yang nantinya akan menghasilkan senyawa tertentu.
Panas yang diterima oleh adonan roti akan menyebabkan karbon pada karbohidrat roti bercampur dengan asam amino protein.
Akibatnya, pinggiran atau permukaan roti akan berubah warna menjadi kecokelatan.
Proses kimia ini ditemukan oleh Louis-Camille Maillard di awal tahun 1900-an.
Awalnya, peneliti mengatakan kalau reaksi Maillard ini cuma mengubah warna dan rasa pinggiran roti aja.
Namun dari penelitian lanjutan yang dilakukan, reaksi ini juga bisa memunculkan antioksidan bernama pronyl-lysine seperti yang udah disebutkan di atas.
Senyawa antioksidan ini terbentuk saat pati dan gula bereaksi dengan asam amino dari ikatan protein bernama L-lisin.
Tekstur roti kok bisa mengeras?
Kalau enggak disimpan dengan tepat, tekstur roti bisa berubah menjadi keras dan enggak lagi lembut.
Nah, tekstur roti yang menjadi keras ini disebabkan karena campuran dari bahan pembuatnya.
Roti terdiri dari molekul pati dan molekul protein tepung terigu.
Kedua molekul ini akan bercampur di antara kantung-kantung kecil berisi karbon dioksida, yang terbentuk selama proses fermentasi.
Setelah roti matang, molekul pati akan menarik air di dalam roti dan udara di sekitar roti.
Hal inilah yang kemudian membuat roti jadi mengeras dan terlihat kering.
(*)
Baca Juga: The Best! 5 Menu Sarapan Ini Paling Efektif untuk Turunkan Berat Badan
Source | : | Bobo.ID |
Penulis | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
Editor | : | Siti Fatimah Al Mukarramah |
KOMENTAR