Sebenarnya, budaya tren quiet quitting ini cukup simpel untuk dikerjakan.
Kita hanya perlu untuk bekerja sesuai dengan job desk dan jam kerja yang sudah ditentukan.
Dalam budaya quiet quitting, kita juga harus bisa mulai menolak untuk bekerja melampaui tugas yang di luar tanggung jawab.
Dengan begitu, kita akan lebih punya banyak waktu untuk fisik, mental, dan pikiran dan mengerjakan pekerjaan dengan sempurna.
Kita enggak perlu mengerjakan pekerjaan ekstra yang hanya akan merepotkan dan membuat kita mengeluh dikemudian hari.
Selain itu, budaya quiet quitting juga harus memperhatikan kehidupan kita di luar pekerjaan kantor.
Setelah selesai bekerja, kita bisa bersenang-senang dengan keluarga, pacar, maupun sahabat tanpa perlu repot memikirkan dan atau masih mengerjakan pekerjaan.
Dengan kata lain, budaya quiet quitting sebenarnya menganut work-life balance yang sebenarnya.
Tentu saja, sebenarnya budaya quiet quitting ini punya kekurangan dan kelebihan yang bisa kita pertimbangkan!
Baca Juga: Diduga Kerja di Restoran, Sosok Ini Ungkap Nasib Miris Kim Garam
Penulis | : | Monika Perangin |
Editor | : | Monika Perangin |
KOMENTAR