Nah, lain lagi dengan kebohongan patologis!
Kondisi yang juga disebut sebagai mitomania ini termasuk ke dalam gangguan kepribadian.
Pasalnya, pembohong patologis melakukan aksinya bahkan tanpa motif, alasan, dan keuntungan yang jelas bagi dirinya sendiri.
Motif seseorang saat berbohong dapat menunjukkan jenis kebohongan yang dilakukannya.
Kalau si pembohong enggak menyadari perbuatannya atau enggak mampu merasionalisasi kebohongannya sendiri, ada kemungkinan ia adalah pembohong patologis.
Kita dapat membedakannya dari tukang bohong yang membuat kebohongan dan mampu mengukur sampai sejauh mana ia bisa berbohong, atau ia memikirkan segala cara agar kebohongannya dipercaya oleh orang lain dan aksinya enggak mudah terbongkar.
Sementara itu, pembohong patologis berbohong tanpa alasan yang jelas dan bahkan enggak berusaha untuk membuat kebohongannya tampak seakan nyata.
Pembohong patologis juga kerap enggak sadar akan konsekuensi atas perbuatannya serta dampak terhadap dirinya sendiri akibat kebohongannya itu.
Karena enggak terencana, kebohongan dari orang seperti ini muncul secara alami dan enggak dapat dikontrol.
Baca Juga: Fuji An Sempat Putus Karena Thariq Halilintar Sering Berbohong
Kebanyakan berbohong juga jadi salah satu tanda seseorang menjadi pembohong patologis.
Misalnya, kebohongan tentang alasan terlambat masuk kelas yang terus bertambah dengan kebohongan lain, hingga mencapai tahap kebohongan yang berlebihan dan enggak masuk akal.
Source | : | Medical News Today |
Penulis | : | Salsabila Putri Pertiwi |
Editor | : | Marcella Oktania |
KOMENTAR