"Kamu enggak keberatan pacarmu banyak makan? Si Dinda itu makannya banyak, lho. Kemarin aja dia makan ayam goreng sampai nambah 3 kali!" Ardo terbahak mendengarnya.
"Aku kira Kakak mau nanya apa."
"Do, lama-lama Dinda bisa tambah gendut, lho!" ujar Nanda menakut-nakuti. Ardo kembali terbahak yang lantas membuat Nanda keheranan.
"Dari dulu aku udah tahu kalau Dinda itu makannya banyak, Kak. Dan aku enggak keberatan." Nanda ingin menyuarakan keheranannya, tapi Dinda terlanjur muncul.
"Kak Nanda ngapain, sih, nanya-nanya gitu ke Ardo?" Wajah Dinda terlihat sebal.
"Kakak takut kamu tambah gendut, Din. Ardo malah bilang dia enggak keberatan kamu makannya banyak. Harusnya dia ngelarang kamu makan banyak. Bukannya malah ngedukung gitu." Ardo hanya tersenyum. Dinda mengerutkan keningnya.
"Ardo justru suka banget lihat aku makan banyak, Kak."
"Serius? Kalian aneh banget, sih?!"
"Udah deh, Kak. Kita berangkat dulu, ya? Aku udah pamit Papa Mama tadi. Kakak enggak berangkat juga? Kita duluan, deh. Ayo, Do." Dinda langsung menggamit lengan Ardo tanpa memedulikan pandangan aneh kakak perempuannya.
*
Hari ini adalah hari pengumuman kelulusan SMA Negeri 9, SMA tempat Dinda dan Ardo bersekolah. Dinda dan Ardo harap-harap cemas mencari nama mereka di deretan kertas yang ditempel di papan pengumuman di dekat ruang guru. Di kertas pertama nihil. Di kertas kedua pun nihil. Sampai kertas ketiga juga nihil. Dinda mendesah pelan sambil mengerucutkan bibirnya yang mungil. Ardo mengelus lembut rambut Dinda untuk menenangkan gadis itu.
"Aku takut kita enggak lulus, Do." Ardo tersenyum manis.