"Eh, Alia, kamu masih nonton, kan? Silakan nonton lagi. Besok kita ngobrol lagi di sekolah, ya. Sekalian aku mau ganti kacamatamu yang kupecahkan. See you."
Denis menutup telepon. Mataku segera terpaku pada layar televisi. Di sana, anak laki-laki yang menjadi tokoh utama tengah mencabut rumput dengan muka ditekuk.
"Ayah menyebalkan! Apa aku tidak bisa mendapat ayah pengganti yang lebih memahamiku?"
Aku tersenyum senang. Ah, suara Denis memang indah!
(oleh: eni lestari, foto: rebloggy.com)