"Meskipun kamu tidak memaafkanku, ketahuilah aku tidak takut sendiri. Aku masih ingat kata-katamu, Lol. Jadilah seperti rajawali, meski dia soliter tapi dia lebih bijaksana daripada seribu burung gereja. Dia berani terbang tinggi karena dia tahu cara terbang dengan menjadi sahabat angin. Rajawali bisa memperpanjang umurnya dua kali umurnya saat dia sekarat dengan berdiam diri dan menunggu dengan sabar sampai matahari menyembuhkannya. Aku masih ingat semuanya, Lol."
"Tapi kamu lupa, Dit. Meski seekor rajawali dengan sabar berdiam diri saat dia sekarat tapi dia tetap butuh seorang sahabat untuk memberinya makan," imbuh Lolita dengan menyelipkan senyum yang tipis. Endita tersenyum lebar.
"Kamu memaafkanku?"
"Yah, kenapa tidak? Lagipula aku sudah bosan ke sana-sini sendiri."
"Terima kasih, Lol."
Mereka terdiam. Sedikit canggung.
"Kamu ada acara minggu pagi?" tanya Endita berusaha mencairkan suasana. Lolita menggeleng.
"Ayo kita ke Jalan Baru."
"Ngapain?"
"Jalan-jalan, makan, dan menertawakan perseteruan besar kedua geng yang tak punya otak itu. Isunya akan ada adu pamer lagi. Kita lihat seberapa bodohnya mereka." Lolita mengangguk.
"Kenapa tidak? Toh menertawakan kebodohan orang lain lebih mudah daripada menyadari kebodohan sendiri." Mereka berdua tertawa. Senang rasanya ada sahabat di sisi untuk tertawa bersama.
(oleh: ruwi meita, foto: tumblr.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR