Aku memutuskan beranjak dari dudukku menuju ruang musik, menemui Reva untuk mengajaknya makan siang di kantin bersama.
Seseorang tiba-tiba menepuk pundakku dari belakang. Aku pun menoleh dan sedikit, eng bukan, tapi sangat, sangat terkejut! Kau tahu kenapa?Awan! Ketua redaksi majalah bulanan sekolah kami sekaligus ehm orang yang sangat kukagumilah yang menepuk pundakku barusan!
"Eh, kenapa Wan?" tanyaku sedikit gugup sambil melepas earphone.
Awan mendecak pelan."Pantesan dipanggilin gak noleh-noleh, gak taunya lagi pake earphone."
"Hehehe, sorry, sorry. Emang ada perlu apa?"
"Kamu gak ikut workshop?"Awan malah bertanya balik.
Aku menggeleng.Wajahku berubah murung."Enggak, kemarin kehabisan tiket."
Awan mengusap rambutnya ke belakang."Oh, sayang banget ya.Trus sekarang mau kemana?Pulang?"
"Enggak, mau ke ruang musik, ngajak Reva makan siang.Cacing-cacing di perut udah pada keroncongan nih di dalam," candaku menepuk-nepuk perut.
Awan tertawa pelan."Oh, kalo gitu abis makan kamu gak ada acara kan?"
Aku menggeleng lagi.
Awan merogoh sesuatu dari saku kemejanya."Ini, OSIS minta majalah kita untuk mewawancaraiChamaeleon secaraeksklusif pas break makan siang nanti." Awan memberikanId card bertali merah itu padaku."Tadinya aku udah minta tolong Andre, tapi tiba-tiba dia ada acara dadakan. Dan berhubung aku liat kamu luntang-lantung gak jelas dengan wajah cemberut kayak gini, mending aku minta kamu aja buat gantiin dia. Gimana? Bisa kan?"
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR