Aku melongo parah, masih mencerna kata-kata Awan barusan.Apa dia bilang? Aku akan mewawancarai Chamaeleon secara eksklusif?
"Ne, gimana? Kalo kamu gak bisa aku cari orang lain aja."
"Eh, jangan, jangan!Aku bisa kok!" semprotku setelah sadar. "Ta...tapi ini serius kan? Ini bukan tanggal 1 April kan?"
Awan tertawa, lagi."Iyalah serius. Yaudah cepetan makan sana! Jangan sampe itu isi perut abis semua dimakan cacing."Awan memukul puncak kepalaku dengan gulungan kertas yang dibawanya.
"Ih sakit tau!"
"Payah!"Awan kembali merogoh saku kemejanya, mengeluarkan secarik kertas."Oh iya, ini daftar pertanyaan yang gak boleh kamu tanyain.Soalnya itu udah dibahas semua di dalam.Ada beberapa hal sensitif juga sih. Yaudah ya, masih banyak urusan nih di basecamp.So, goodluck!"Awan tersenyum dengan senyumannya yang aku jamin dapat membuat siapa saja meleleh itu lalu berlalu meninggalkanku.
"Awan!" panggilku setengah berteriak."Makasih banyak ya!"Awan hanya mengacungkan ibu jarinya kepadaku dan tentunya kembali menyunggingkan senyum mautnya itu.
Aku langsung berlari menuju ruang musik, pergi ke kantin bersama Reva dengan terburu-buru dan tak lupa menceritakan kejadian yang baru saja terjadi secara detail (Reva juga pernah mengagumi Awan sepertiku, dulu.Namun, dia tetap berteriak histeris saat mendengar ceritaku ini, hihihi), lalu berpamitan dengannya karena Reva masih ada kelas musik di luar, dan disinilah aku sekarang.Di sebuah ruangan kecil di backstage gedung auditorium.Dengan sabar aku menunggu kedatangan Chamaeleon yang masih menyantap makan siangnya. Aku menatapId card yang menggantung di leherku, memutar kembali momen bersama Awan tadi, yang membuatku semakin mengaguminya.
10 menit kemudian Chamaeleon memasuki ruangan bersama seorang asistennya.Dengan ramah beliau menyapaku dan selalu bersemangat menjawab setiap pertanyaan yang kulontarkan.Sayang sekali, setengah jam berlalu begitu cepat.Namun yang terpenting adalah beliau dengan senang hati mau menandatangani novel Reformasi-ku yang sengaja kubawa, dan malahan aku sempat berfoto bersamanya dengan bantuan asistennya yang juga baik hati itu.
Benar apa kata Reva. Tuhan pasti sudah memiliki rencana yang terbaik untuk setiap hamba-Nya.Segala sesuatu yang menurut manusia baik untuk dirinya, belum tentu itu yang terbaik menurut Tuhan, karena Tuhan-lah Yang Mahatahu. Ya, manusia memang boleh berencana, namun pada akhirnya Tuhan-lah yang akan memutuskan. Benar begitu bukan?
(Oleh: Ridha Syifa Salsabila, foto: teen.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR