"Hai, Galih!" sapa Ree riang. Galih yang baru tiba di rumah membeku di tempat demi melihat Ree yang duduk manis di depan teras rumanya ditemani sang ibu.
"Assalamualaikum..." Galih mencium tangan ibunya.
"Wa'alaikum salam. Kok lama, Nak, latihannya? Kasihan Ree udah nunggu dari tadi."
"Iya, Bu, mau tanding soalnya." Galih mendelik sekilas ke Ree.
"Ya udah, Ibu masak dulu. Kalian ngobrol aja." Begitu ibunya menghilang, Galih langsung ngejudesin Ree."Ngapain lo ke sini?"
"Galih, gue kan kangen. Lih, pergi yuk, jalan ke mana gitu?"
"Lo ngelindur ya? Enggak mau!"
"Mau pergi sama gue, enggak? Kalau enggak..." Ree tersenyum licik.
"Apa kalau enggak?" firasat Galih nggak enak.
"Kalau enggak, gue sebarin ke temen-temen kalau lo sampai SMP masih bobok sama bantal bayi lo!"
Akhirnya dengan ancaman di tangan, Ree berhasil menjerat Galih pergi. Ree ternyata mengajaknya ke pantai. Melihat pantai yang nyaman, ombaknya yang berlarian, anginnya yang sejuk, dan Ree yang dengan enteng melepas sepatu dan nyemplung ke air, kebencian Galih sore itu seakan lenyap. Malah dia heran, sempat-sempatnya dia membelikan gula kapas dan mengantar Ree si cewek rese itu pulang?
"Lo kapan tandingnya?" tanya Ree waktu mereka di angkot perjalanan pulang.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR