Faris membaca sinopsis di belakangnya. Sama menyeramkannya dengan judulnya, menurut Faris. Anna memang suka banget dengan sesuatu yang berbau misteri. Waktu SMP, pas ditanya siapa tokoh idola favoritnya, saat orang-orang menjawab Edward Cullen atau Harry Potter, Anna malah menyebut nama tokoh detektif yang sependengaran Faris namanya Hercules...atau apalah. Setelah meneliti buku di tangannya dengan baik, dia ingat kalau nama yang disebut Anna itu Hercule Poirot. Novel di tangannya itu sepertinya novel dengan tokoh kesukaan Anna.
Akhir-akhir ini, teman sekelas Faris, Dimas, jadi dekat sama Anna. Awalnya, keduanya dekat karena Faris. Dan ternyata mereka punya selera yang sama soal bacaan, dan jadi nyambung banget satu sama lain. Dimas bahkan sempat mengaku kalau dia ngerasa Anna cewek yang manis. Dimas pernah cerita ke Faris, gimana dia suka banget dengan cara Anna memandang segala hal. Dia suka sudut pandang hidup Anna yang aneh dan lain daripada yang lain, dan kecenderungan Anna untuk tetap jadi dirinya sendiri, dibandingkan mengikuti mode yang ada.
Faris kesal banget sama omongan Dimas waktu itu.
Faris sayang sama Anna. Dari SD malahan. Hanya Anna yang bisa Faris sayang. Tapi Faris sama sekali enggak bisa membuat Anna luluh, bahkan dengan segala perhatian kecil Faris. Enggak peduli Faris jadi sebaik apa, Anna akan menganggapnya sebagai sesuatu yang wajar, karena mereka teman sejak kecil. Anna enggak peduli seberapa terobsesinya Faris sama Anna. Terbukti, selama mereka berteman, berkali-kali Faris jadian dengan cewek, untuk membuat setidaknya Anna cemburu sedikit saja, tapi Anna sekeras baja. Dia sama sekali enggak menunjukkan tanda apa pun soal kecemburuan. Dan justru Faris yang bakalan cemburu, melihat Anna dekat dengan teman dekatnya. Ini bukan sekali.
Padahal baginya, Dimas enggak tahu apa-apa tentang Anna. Faris tahu semuanya. Faris yakin, enggak ada yang perhatian ke Anna, lebih dari perhatiannya selama bertahun-tahun.
Faris mau nembak Anna. Kalau dihitung-hitung, ada kali dua belas kali dia merencanakan mau nembak Anna. Tapi selalu gagal. Entah kenapa dia akan jadi sangat pengecut untuk ngomong, dia akan terlihat sangat menyedihkan dan penakut. Hanya ke Anna sikapnya bisa jadi sejauh ini. Dia meerasa, Anna enggak pernah menaruh perhatian sedikit pun ke Faris. Enggak peduli dia sudah memacari hampir semua teman Anna untuk membuat setidaknya Anna menengok ke Faris dengan tatapan yang Faris harapkan. Anna tetap secuek biasanya.
Dia pikir, perasaannya berjalan searah, bahkan sebelum menyatakan.
Anna akan memandang Faris dengan tatapan polosnya, memperlakukan Faris dengan perlakuan layaknya teman sepermainan. Enggak peduli seberapa besar rasa yang sudah Faris pendam sejak lama ini. Padahal kalau dengan cewek selain Anna, bahkan kata sayang pun bisa dengan mudah keluar.
Tapi Anna berbeda.
Hal paling penting selalu jadi yang paling sulit dikatakan.
Anna sama sekali enggak tahu, that the boy next her door, has already fallen over the heels for her, from the very first day.
***
Tiyas duduk di depan teras rumah Anna dan kakaknya, Bella. Tiyas dan Bella seumuran. Keduanya kelas tiga sekarang, meskipun beda sekolah. Tapi mereka sahabatan sejauh ini. Tiyas lagi sibuk membersihkan kukunya, dan Bella duduk di sampingnya sambil membaca majalah.
"Gue gregetan, deh, liat adek-adek kita," gumam Tiyas. "Si Faris tuh beneran suka sama adek lo, tapi terlalu cupu buat ngaku."
"Yah elo enggak tau aja," kata Bella, "Adek gue itu tergila-gila sama adek lo. Adek lo aja tuh bloon, bukannya nembak adek gue, malah nembak temennya."
"Cupu emang dia. Dia bilang, Anna tuh beda Mbak. Aku tuh susah jujur sama dia. Mbak enggak ngerasain sih jadi aku," kata Tiyas sambil pura-pura menirukan suara Faris. "Orang satu komplek tau kali mereka saling suka. Yang enggak tau mereka berdua doang. Aneh. Gitu yah orang kalo lagi jatuh cinta. Spekulasinya jelek terus."
Bella lalu mengesampingkan majalahnya, dan duduk menghadap Tiyas. "Yas, kita jodohin mereka aja gimana?"
***
(Oleh: Diah Deir Zahrani, foto: weheartit.com)
*alternating current: aliran listrik yang berganti arah beberapa kali selama satu detik dengan interval yang teratur.
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR