"Idih, ngambek. Muka lo makin abis," kata Awan sambil tertawa.
"Sialan," Ebi tersenyum juga.
"Tapi gue punya permintaan,"
"Apa pun itu. Inget, seminggu. Dan janji enggak akan buang sampah sembarangan lagi,"
"Deal," Awan menjabat Ebi semangat.
Jadilah Awan membersihkan seluruh sekolah selama seminggu. Itung-itung meringankan para pekerja, pikir Ebi. Dia sendiri mengakui dalam hati kecilnya masih menyukai Awan. Namun kebenciannya pada manusia yang tidak bisa membuang sampah pada tempatnya lebih besar. Ia memang ditanamkan oleh orang tuanya sejak kecil bahwa orang yang tidak membuang sampah pada tempatnya tidak mungkin orang yang baik. Atau setidaknya tidak tahu sopan santun. Ebi senang Awan memiliki pikiran untuk membersihkan sekolah sebagai tanda penyesalannya. Ebi akan memberikan segala yang Awan minta. Bahkan jika Awan tidak mau berteman lagi dengannya Ebi tetap senang bila Awan bertobat.
Seminggu berlalu. Sekolah jadi lebih bersih, setidaknya itu pendapat Awan. Tindakan Awan pun dipuji oleh semua guru dan banyak membuat siswa malu untuk membuang sampah sembarangan lagi. Gigi Awan hampir kering karena kebanyakan nyengir. Ia tak sabar menunggu sekolah usai.
Sekolah sudah tidak banyak murid. Bel pulang sudah berdering sejak setengah jam yang lalu. Di koridor samping lapangan keduanya berdiri di tempat yang sama ketika mereka berdiri waktu itu. Matahari bersinar redup terselimuti awan. Mereka sedang membahas transaksi yang sangat penting dan rahasia.
"Jadi kita udah temenan lagi, ya?" tanya Awan. Ebi mengangguk.
"Makasih, ya. Gara-gara lo, sekolahan jadi lebih seger rasanya."
"Emang tampang gue buat cuci mata, kok," Ebi tertawa.
Keduanya terdiam. Masing-masing merasa canggung satu dengan yang lain.
"Oh ya, tentang permintaan itu...." Awan meragu.
"Ngomong aja," kata Ebi. Awan menatap Ebi dalam-dalam. Ia menarik nafas lalu memegang pundak Ebi.
"Setahun cukup bikin gue jatuh cinta ama lo. Udang kecil, mau enggak jadi pacar gue?" Ebi tidak percaya. Awan tersenyum. Ebi menunggu Awan berkata semuanya hanya lelucon. Tapi Awan tidak kunjung tertawa.
"Lo udah gila, Wan," tukas Ebi sambil menyembunyikan wajahnya.
"Itu artinya mau, kan?" Awan cekikikan. Ebi cengegesan.
"Iya."
***
(Oleh: Kezia Verenia, foto: imgfave.com)
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR