Melody merasakan kelegaan mendalam di hatinya. Misi penyelamatannya berhasil sukses. Dipandangnya Norris yang sedang mendengkur di tempat tidur yang di sediakan dokter Hadis. Ia mengulurkan tanggannya untuk mengelus Norris. Rasa gemetar yang ia rasakan kini menjadi rasa sayang dan iba melihat Norris.
***
Kucing itu ternyata kalau tidur lucu banget. Bulu Norris lembut. Melody jadi merasa bersalah. Dulu ia suka bnget main sama Norris, sampai-sampai Norris enggak boleh lepas dari pelukannya. Cuma Norris teman satu-satunya. Teeman-teman Mel yang lain jahat semua, mereka enggak mau temenan sama Mel. Yah... kalau dipikir-pikir Mel sering ngejailin Norris dulu. Pantas saja dia nyakar Mel.
"Norris, gue minta maaf, ya."
Lho? Kok gue jadi sayang lagi sama ini kucing? Hmm...enggak apa-apa deh, yang penting dia enggak kenapa-napa, batin Mel.
Melody kembali duduk dengan tenang. Dipandang jam dinding berbentuk Winie The Pooh di sudut pintu masuk.
"Ah...masih jam sebelas lewat limapuluh, bentar lagi jam dua belas."
Dengan santai, ia meneguk air putih yang sudah disediakan dokter Hadis.
"Hbbbuhh...." Melody menyemprot air itu keluar dari mulutnya.
"Apa? Jam dua belas? Ya ampun, BANDARA!"
Oleh: Lanamey S