Untuk beberapa saat aku kehilangan control tubuhku. Cumin bisa megap-megap. Tidak menduga namaku akan terucap.
Kubereskan segala barang-barang bawaanku dan kutinggalkan sepotong tiramisu serta seperempat minuman yang belum habis. Lalu berdiri tergesa-gesa, mengabaikan tatapan keheranan yang dilempar Hans.
Sambil berdiri, sudut mataku menangkap tatapan terpana dua pasang mata. Dengan nekat aku menoleh pada dua orang tadi. Khususnya pada cowok berkacamata frameless yang duduk tepat disampingku. Yang menghabiskan percakapan 30 menit tentang seorang gadis. Is speechlees dan mematung.
Aku tidak bisa berbuat apa-apa saat mata kami bertatapan. Jutaan Tanya, berbagai jenis rasa, dan fakta yang ada menggebrakku tiba-tiba. Aku kepengin menjerit. Menjerit pada kebodohanku menguping percakapan orang lain, menjrit pada kedua cowok tadi, menjerit pada Hans yang sudah menyebut namaku.
Setelah sepersekian detik yang tidak tertahan, aku mengalihkan tatapanku. Kembali menatap ke depan. Menghampiri Hans dan menggandengnya.
"Ayo..." bisikku.
Aku menyeret Hans keluar dari sana. Hans menurut saja, walau jelas ia dipenuhi rasa penasaran. Kami menyapa malam yang dingin, membuat otomatis mnggigil. Masih tidak percaya pada 'kebetulan' ini. Pada segala hal yang terjadi dalam 30 menit yang baru kulewati. Bahwa aku lah gadis yang dikisahkan tadi.
***
Oleh: Rinella Chirilda Elgi