"Gue enggak mau egois, dan merusak tatanan hidup dia yang sekarang. Apakah dia happy, gimana perasaannya ke gue sekarang. Inginya sih dia bahagia sekarang...sama cowoknya. Tentang perasaannya ke gue...harapan itu selalu ada."
Suara si cowok terasa sangat dekat denganku. Membuat bulu kudukku berdiri.
"Jadi...kalau ketemu, lo mau apa?"
"Berterima kasih...dan mengembalikan sesuatu..kalung nama ini..."
"Radiant...bahkan nama lo dia ukir..."
Aku tidak melanjutkan kegiatan mngupingku. Karena penggalan akhir percakapan mereka telah menulikanku.
"Hey, baru datang?" setelah sekian lama dalam kesunyian, suara Hans merasuki indera pendengaranku. Ia telah duduk di seberangku sambil mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Dengan wajah tersenyum lebar, membuat suasana jadi riang.
Aku tersadar dari lamunanku dan mendongkrak. Sedikit salah tingkah, aku tersenyum kaku padanya.
"Kata kamu ada buku bagus, ya? Kita k Gramedia sekarang, yuk!" Hans melanjutkan.
Namun saat ia melanjutkan ocehannya, pikiranku malah melantur. Kmbali kea lam pikiranku sendiri. Sampai akhirnya tangan kanan Hans melambai-lambai di depan mataku.
"Kirana...kok ngelamun? Kamu enggak apa-apa?" Hans bertanya, sambil tetap tersenyum.
Bersamaan dengan itu, kursi di sampingku berderit, saat orang yang menempatinya bergerak cpat.