Jalanan Jakarta selalu ramai sekalipun hari minggu. Aku baru tahu setelah Ilouka tidak ada. Dia mengidap tumor di perutnya. Ilouka yang masih dengan mimpinya menjadi dokter harus pulang secepat ini, dengan cara ini.
Bajuku basah oleh air mata sekaligus keringat. Aku tidak tahu aku menangis untuk apa. Untuk Ilouka yang pergi tadi pagi atau untuk mimpiku yang menguap bersamaan dengan kepergiannya. Sekarang jam sepuluh lewat lima menit menurut jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Harusnya aku sedang pusing mengerjakan tes seleksi tapi kini aku malah berada di mobil. Membawaku dan semua pikiranku pulang ke rumah.
Tidak apa. Benar-benar tidak apa.
Aku masih punya waktu lain. Aku akan menemukan mimpiku di lain kesempatan.
***
Oleh: Nike Nadia
Alumni Coaching Cerpen kaWanku 2009