Jadi satu-satunya jomblo di saat semua teman se-geng sudah punya pacar kadang memang enggak enak.
Kadang biasa aja, sih, tapi ada momen-momen di mana kita merasa sedih.
Memang, kadang sulit banget untuk mencegah munculnya perasaan sedih dan iri.
Tapi keadaan ini enggak menjadi alasan untuk kita boleh menarik diri dari teman.
Ada banyak cara yang bisa kita lakukan untuk tetap bisa hangout sama teman.
Tanpa adanya perasaan minder karena menjadi jomblo satu-satunya.
Ketika kita sedih karena jadi satu-satunya jomblo di antara teman-teman, lakukan ini, girls!
(Baca juga: 6 Hal Ini Enggak Seharusnya Disesali Sama Cewek yang Lagi Jomblo)
It's okay being single
Ketika mulai khawatir dan sedih karena terus ngejomblo, kita tinggal mengingat lagi keuntungan apa saja yang kita dapat selama menjadi jomblo.
Seperti bebas jalan sama siapa aja dan ngelakuin apa pun yang kita suka.
Kita juga harus berhenti membandingkan kehidupan kita dengan teman yang sudah punya pacar.
Cari tahu lebih lanjut, yuk, kenapa jadi jomblo itu menyenangkan di sini.
(Baca juga:
Enggak merasa terancam
Berhenti menjadikan pacar teman sebagai alasan kurangnya waktu yang kita miliki untuk hangout bareng.
Ajak teman untuk membagi waktu seadil-adilnya sehingga enggak ada yang merasa tersisihkan.
Sekali-sekali ikut hangout bareng teman dan pacarnya, dan ajak pacar teman untuk mengajak gengnya juga.
Lebih rame tentu lebih menyenangkan, kan?
(Baca juga:
Keluar dari comfort zone
Mungkin ini saat yang tepat untuk keluar dari comfort zone dengan memperluas pergaulan.
Kita bisa melakukan apa yang selama ini ingin kita coba, seperti ikut kelas diving atau kelas memasak.
Ketika teman enggak bisa diajak jalan karena pacaran, kita enggak perlu khawatir karena punya teman yang lain.
Selain bertemu teman baru, siapa tahu kita bisa bertemu calon gebetan di sana.
(Baca juga:
Jujur
Jika merasa risih melihat teman bermesraan di dekat kita, sebaiknya ngomong dengan jujur.
Bilang kalau kita kurang nyaman jalan bareng mereka karena merasa tersisihkan.
Mereka enggak akan tahu apa yang kita rasakan kalau kita sendiri enggak ngomong.
(Baca juga:
Penulis | : | Astri Soeparyono |
Editor | : | Astri Soeparyono |
KOMENTAR