Selama beberapa kali, beliau terlibat perundingan dengan Belanda, termasuk di Konferensi Meja Bundar dan bertindak sebagai Ketua Panitia Ekonomi dan Keuangan Delegasi Indonesia. Namun, jasa beliau yang enggak pernah bisa dilupakan adalah Deklarasi Juanda yang beliau keluarkan ketika menjabat sebagai perdana menteri.
Deklarasi Juanda ini sendiri berisi soal memperluas batas teritorial perairan Indonesia dari 3 mil jadi 12 mil yang ditarik dari pulau-pulau terluar Indonesia saat surut. Karena itu, luas wilayah Indonesia bertambah 2.5 kali lipat.
Dr. GSSJ Ratulangi di pecahan Rp 20.000
Mungkin kita lebih mengenal beliau dengan nama Sam Ratulangi. Beliau merupakan seorang akademisi yang berjuang dalam hal pendidikan. Beliau berjasa dalam perjuangan melawan pembodohan dan kolonialisme Belanda di Manado.
Tujuan utama perjuangan beliau adalah agar semua masyarakat mendapat pendidikan dengan baik. Setelah Indonesia merdeka, beliau ditunjuk sebagai gubernur pertama Sulawesi Utara.
Selama menjadi gubernur, beliau selalu mementingkan kepentingan masyarakat setempat demi kemajuan Sulawesi Utara.
Frans Kaisiepo di pecahan Rp 10.000
Pahlawan asal Papua ini punya peranan yang penting banget dalam menjaga keutuhan Indonesia. Beliau termasuk sosok yang aktif berjuang pada saat Pembebasan Irian Barat.
Ketika diadakan Konferensi Malino untuk membahas rencana pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT), beliau menjadi anggota delegasi Irian Barat. Dengan lantang beliau menentang rencana tersebut.
Bahkan, beliau mengganti nama Netherland Nieuwe Guinea menjadi IRIAN, yang merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland.
Beliau memang terkenal vokal dalam menentang Belanda. Termasuk ketika menolak diangkat sebagai anggota Delegasi Belanda di Konferensi Meja Bundar. Meski untuk itu, beliau harus diasingkan.
Ketika Presiden Soekarno mengumumkan Trikora (Tri Komando Rakyat) tanggal 19 Desember 1961 untuk pembebasan Irian, beliau ikut membantu TNI yang mendarat di Irian Barat.
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR