Ada 12 sosok pahlawan Indonesia yang diabadikan ke dalam mata uang terbaru Republik Indonesia. Mungkin kita sudah sering menemukan nama-nama pahlawan ini di buku sejarah, tapi mungkin ada beberapa pahlawan yang belum kita ketahui jasanya.
Akhir-akhir ini, ada beberapa pahlawan yang menuai komentar di media sosial. Sayangnya, komentar tersebut berbau negatif dan seakan-akan tidak menghargai jasa mereka dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Yuk, cari tahu lebih banyak soal sosok pahlawan yang sangat berjasa ini. Berikut 12 fakta tentang pahlawan Indonesia di uang rupiah baru biar enggak asal komen di media sosial.
(Klik di sini untuk melihat tampilan detail dan penjelasan soal mata uang rupiah baru ini)
Soekarno – Hatta di Pecahan Rp 100.000
Sosok Presiden dan Wakil Presiden pertama Indonesia ini tentunya sudah sangat kita kenal. Kedua sosok ini merupakan pejuang yang gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia sehingga akhirnya disebut sebagai Bapak Proklamator.
Soekarno sendiri merupakan sosok yang pertama kali mencetuskan konsep Pancasila sebagai dasar negara Indonesia. Bahkan, beliaulah yang memberi nama Pancasila tersebut.
Bersama-sama mereka menjalankan pemerintahan Indonesia di masa-masa awal kemerdekaan dan kita tahu sendiri kalau masa tersebut masih belum stabil dan banyak mendapat tekanan.
Ir. H. Djuanda Kartawidjaja di pecahan Rp 50.000
Sosok pahlawan nasional ini pernah memimpin para pemuda mengambil alih Jawatan Kereta Api dari Jepang setelah Indonesia merdeka, tepatnya tanggal 28 September 1945.
Enggak hanya itu, beliau juga mengambil alih Jawatan Pertambangan, kotapraja, karesidenan, dan obyek-obyek militer di Utara Bandung. Atas jasanya ini, beliau kemudian ditunjuk sebagai Kepala Jawatan Kereta Api wilayah Jawa dan Madura.
Beliau juga pernah menjadi Mentri Perhubungan. Ketika Agresi Militer II, Belanda menangkap beliau dan meminta untuk ikut dalam memerintah Negara Pasundan. Tentu saja permintaan ini ditolak.
Selama beberapa kali, beliau terlibat perundingan dengan Belanda, termasuk di Konferensi Meja Bundar dan bertindak sebagai Ketua Panitia Ekonomi dan Keuangan Delegasi Indonesia. Namun, jasa beliau yang enggak pernah bisa dilupakan adalah Deklarasi Juanda yang beliau keluarkan ketika menjabat sebagai perdana menteri.
Deklarasi Juanda ini sendiri berisi soal memperluas batas teritorial perairan Indonesia dari 3 mil jadi 12 mil yang ditarik dari pulau-pulau terluar Indonesia saat surut. Karena itu, luas wilayah Indonesia bertambah 2.5 kali lipat.
Dr. GSSJ Ratulangi di pecahan Rp 20.000
Mungkin kita lebih mengenal beliau dengan nama Sam Ratulangi. Beliau merupakan seorang akademisi yang berjuang dalam hal pendidikan. Beliau berjasa dalam perjuangan melawan pembodohan dan kolonialisme Belanda di Manado.
Tujuan utama perjuangan beliau adalah agar semua masyarakat mendapat pendidikan dengan baik. Setelah Indonesia merdeka, beliau ditunjuk sebagai gubernur pertama Sulawesi Utara.
Selama menjadi gubernur, beliau selalu mementingkan kepentingan masyarakat setempat demi kemajuan Sulawesi Utara.
Frans Kaisiepo di pecahan Rp 10.000
Pahlawan asal Papua ini punya peranan yang penting banget dalam menjaga keutuhan Indonesia. Beliau termasuk sosok yang aktif berjuang pada saat Pembebasan Irian Barat.
Ketika diadakan Konferensi Malino untuk membahas rencana pembentukan Negara Indonesia Timur (NIT), beliau menjadi anggota delegasi Irian Barat. Dengan lantang beliau menentang rencana tersebut.
Bahkan, beliau mengganti nama Netherland Nieuwe Guinea menjadi IRIAN, yang merupakan singkatan dari Ikut Republik Indonesia Anti Netherland.
Beliau memang terkenal vokal dalam menentang Belanda. Termasuk ketika menolak diangkat sebagai anggota Delegasi Belanda di Konferensi Meja Bundar. Meski untuk itu, beliau harus diasingkan.
Ketika Presiden Soekarno mengumumkan Trikora (Tri Komando Rakyat) tanggal 19 Desember 1961 untuk pembebasan Irian, beliau ikut membantu TNI yang mendarat di Irian Barat.
Ketika akhirnya Irian resmi menjadi bagian dari Indonesia, beliau diangkat menjadi gubernur pertama dan melaksanakan Penentuan Pendapat Rakyat, untuk menentukan status Irian, apakah merdeka atau bergabung dengan Indonesia.
Dr. KH. Idham Chalid di pecahan Rp 5.000
Pahlawan sekaligus ulama ini merupakan guru besar Nadhatul Ulama. Beliau menjabat sebagai ketua umum PBNU di usia muda, yaitu 34 tahun, dan menjadi sosok yang paling lama menjabat sebagai ketua umum PBNU, yaitu selama 28 tahun dari tahun 1956 hingga 1984.
Di pemerintahan sendiri, beliau pernah menjabat sebagai Wakil Perdana Menteri Indonesia pada kabinet Ali Sastroamidjojo II dan Kabinet Djuanda. Enggal hanya itu, beliau juga pernah menjadi ketua MPR dan ketua DPR.
Mohammad Hoesni Thamrin di pecahan Rp 2.000
Dalam perjuangan melawan penjajah, dikenal dua cara. Yaitu sistem kooperatif, di mana para pahlawan masuk ke dalam pemerintahan Belanda dan non-kooperatif yaitu menolak masuk ke dalam sistem. Salah satu pahlawan yang mengambil jalur kooperatif adalah MH Thamrin.
Pahlawan asal Betawi ini punya peranan penting dalam perjuangan menggapai kemerdekaan. Beliau pernah menduduki jabatan strategis sebagai wakil rakyat di Geementeraad dan Volksraad. Soalnya, dulu sedikit banget warga Indonesia yang bisa menempati posisi ini.
Meski berada di pemerintahan, bukan berarti beliau tunduk kepada Belanda. Justru, dengan posisinya ini, beliau menjadi wakil rakyat Indonesia yang tertindas oleh penjajah. Salah satu bentuk peninggalan beliau adalah ide pembendungan Sungai Ciliwung untuk mengatasi masalah banjir.
Tjut Meutia di pecahan Rp 1.000 kertas
Cut Meutia ditetapkan sebagai salah satu pahlawan Nasional tahun 1964. Sosok perempuan hebat ini turut mengantarkan Indonesia menuju kemerdekaan lewat perjuangannya melawan Belanda.
Awalnya beliau berjuang bersama suaminya, Teuku Tjik Tunong. Setelah suaminya ditangkap dan dihukum mati oleh Belanda, Tjut Meutia enggak menyerah dan terus berjuang.
Dalam perjuangannya, Tjut Meutia sampai harus melarikan diri ke dalam hutan bersama pejuang perempuan lainnya. Tekanan dari Belanda enggak membuat beliau menyerah.
Dengan sisa-sisa pasukannya, beliau terus menyerang dan merampas pos-pos kolonial melewati hutan belantara. Tjut Meutia gugur ketika tengah bertempur melawan Marechausee di daerah Alue Kurieng tanggal 24 Oktober 1910.
I Gusti Ketut Pudja di pecahan Rp 1.000 koin
I Gusti Ketut Pudja sendiri baru ditetapkan sebagai pahlawan nasional di tahun 2011 lalu. Pahlawan nasional yang berasal dari Bali ini merupakan salah satu anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang mewakili daerah Sunda Kecil (Bali dan Nusa Tenggara).
Beliau turut serta dalam merumuskan naskah teks proklamasi di rumah Laksamana Maeda. Setelah Indonesia merdeka, beliau ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai Gubernur Sunda Kecil.
Salah satu peranan pentingnya adalah, beliau yang mengusulkan pemakaian kata Tuhan di pembukaan UUD 1945. Usulan tersebut disampaikan di rapat PPKI tanggal 18 Agustus 1945 yang membahas Piagam Jakarta.
Alasan beliau adalah agar UUD 45 bisa diterima oleh semua penduduk Indonesia yang berasal dari berbagai agama. Usulannya ini disetujui oleh semua pihak ketika Presiden Soekarno menyampaikannya.
Letjen TNI TB Simatupang di pecahan Rp 500
Dalam hal militer, Letjen TNI TB Simatupang terkenal memiliki strategi yang bagus dalam melawan penjajah. Beliau pernah menjabat sebagai wakil staf angkatan perang RI di saat usianya masih sangat muda.
Beliau juga pernah menjadi penasihat militer di bagian Departemen Pertahanan RI. Karena perbedaan prinsip dengan Presiden Soekarno, beliau akhirnya mengundurkan diri dengan pangkat terakhir sebagai letnan jendral.
Meski berkarier di bidang militer, TB Simatupang lebih banyak menghabiskan waktu di belakang layar. Beliau dikenal memiliki kecerdasan dalam hal strategi dan mengerti banget semua masalah ketentaraan.
Hobinya membaca buku-buku strategi peranglah yang membuatnya jadi sosok yang dihormati. Saking pintarnya, beliau hanya butuh waktu enam tahun untuk naik pangkat dari Kapten ke Jendral.
Dr. Tjipto Mangunkusumo di pecahan Rp 200
Beliau merupakan salah satu pendiri Tiga Serangkai bersama Ki Hadjar Dewantara dan Douwes Dekker. Dr. Tjipto Mangunkusumo merupakan sosok yang aktif berjuang untuk kemerdekaan Indonesia.
Beliau merupakan sosok yang cerdas dan sering mengungkapkan pendapatnya lewat tulisan yang kemudian diterbitkan di surat kabar. Saking kritisnya tulisan tersebut, beliau sampai rela kehilangan pekerjaan sebagai dokter pemerintah kolonial Belanda.
Karena tulisannya juga yang dianggap menentang Belanda, beliau sampai dipenjara. Tulisan tersebut diterbitkan di harian De Express dan merupakan dukungan terhadap tulisan Ki Hadjar Dewantara (yang saat itu masih bernama Suwardi Suryaningrat) yang fenomenal, Andaikan Saya Seorang Belanda.
Bersama Douwes Dekker yang juga mendukung hal yang sama, mereka pun dibuang ke Belanda.
Bukan kali itu aja beliau dibuang. Di tahun 1920, beliau diusir Belanda ke luar Jawa. Beliau dibuang ke Bandung dan dijadikan tahanan kota. Tahun 1927, beliau dibuang ke Banda Neira karena terlibat dalam upaya sabotase.
Ketika diminta menandatangani surat perjanjian agar bisa pulang ke Jawa untuk mengobati penyakit asma dan melepaskan hak politiknya, beliau menolak dengan tegas. Meski setelahnya beliau dipindahkan ke Makassar, Sukabumi hingga akhirnya meninggal di Jakarta tanggal 8 Maret 1943.
Dr. Ir. Herman Johannes di pecahan Rp 100
Mungkin, belum banyak di antara kita yang tahu soal pahlawan yang berasal dari Rote, Nusa Tenggara Timur ini. Beliau ditetapkan sebagai pahlawan di masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyoni di tahun 2009 lalu.
Sosok pahlawan ini lebih dikenal sebagai seorang pendidik dan ilmuwan. Kepeduliannya di bidang pendidikan membuat beliau pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Gadjah Mada dari tahun 1961 hingga 1966 dan menduduki posisi sebagai Koordinator Perguruan Tinggi (Koperti) tahun 1966 hingga 1979.
Dikutip dari Kompas.com, di masa mempertahankan kemerdekaan, beliau juga turun tangan langsung melindungi Indonesia pada saat Agresi Militer.
Karena jago di bidang Fisika dan Kimia, beliau pernah diminta oleh Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Resimen XXII TNI untuk memasang bom di jembatan kereta api Sungai Progo.
Enggak hanya itu, beliau juga turut serta dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 yang saat itu menyerang Kota Yogyakarta.
(Foto: tandapagar.com, kompas.com, biografipahlawan.com, tribunnews.com)
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR