“Aku pernah enggak bisa ke kampus selama tiga bulan karena kecelakaan. Karena aku mahasiswa beasiswa, jadi enggak bisa cuti. Aku usahain buat ujian susulan.
Kondisiku waktu itu belum benar-benar pulih dan harus pakai tongkat. Buat bisa ikut ujian, aku harus minta izin dan ngurus prosedur ujian susulan yang cukup ribet, harus bolak balik ke fakultas.
Waktu itu aku cuma butuh tanda tangan ketua jurusan, tapi dia enggak bisa dihubungin. Dia janji datang pagi, tapi aku tunggu sampai siang enggak datang. Aku baru bisa nemuin besoknya, pas ketemu, dia malah bilang, ‘Kamu kenapa enggak bilang? Saya buru-buru, siang udah harus pergi lagi.’
Padahal aku udah WhatsApp dan cuma di-read. Teleponku enggak diangkat. Tapi respon dia malah begitu, seolah aku enggak ngasih kabar sebelumnya. Setelah aku jelasin soal kondisiku, akhirnya aku dapat tanda tangan dia.”
(Novika Dyah Pusparini, Universitas Esa Unggul).
“Ada dosenku yang suka jarang masuk. Sekalinya masuk, suka bikin kelas pengganti di hari Sabtu. Waktu itu mau UAS, dikasih tahu kalau ujiannya bikin paper tujuh hari sebelum ujian. Disuruh kumpulin hari Jumat jam 1.
Aku sama beberapa teman ngumpulin jam setengah 1. Pas datang ternyata dia enggak ada. Kata asistennya, taroh di meja aja karena dia akan balik jam 1. Pas nilai keluar, ternyata kita dikasih E.
Kita pun nyari dosen itu buat nanyain penjelasan. Pas ketemu, dia bilang ‘Kan saya minta sebelum jam 1. Lewat jam 1 saya pulang. Kalau kalian ngumpulinnya pas saya udah enggak ada itu artinya kalian ngumpulin lewat jam 1.” Rasanya emosi banget waktu itu, he-he.”
(Danis, UIN Syarief Hidayatullah)
“Aku punya dosen yang selalu datang tepat waktu. Sebelumnya aku pernah dua kali datang telat lewat jam masuk.
Karena enggak mau kejadian lagi, aku sampai lari-lari dari lantai dasar ke lantai enam. Tahu-tahu dosennya enggak masuk, he-he.”
(Kartika, Universitas Esa Unggul).
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR