“Mahasiswa kupu-kupu kemampuan berorganisasinya kurang terasah karena cenderung pasif alias nerima aja. Ini enggak pas karena di dunia kerja, kita butuh seserang yang siap pakai,” ujar Christine.
Senada dengan Chrsitine, Anastasia Herawati, Recruitment and Selection Analyst Kompas Gramedia Majalah pun bilang kalau memang enggak semua kura-kura bagus dan enggak semua kupu-kupu jelek. Tapi, mahasiswa aktif sudah terbiasa bersosialisasi dan menangani proyek atau tugas.
“Biasanya soft skills yang rajin berorganisasi, apalagi yang menempati posisi penting seperti ketua sudah lebih terasah. Sudah terbiasa menerima delegasi tugas atau mendelegasikan tugas. Mereka biasanya lebih luwes, supel, dan wawasannya lebih luas,” papar Hera.
Nah, kan kesusksesan saat mencari kerja atau dalam bekerja itu enggak hanya ditentukan sama jurusan. Tapi juga sama kemampuan kita berorganisasi dan bersosialisasi.
Untuk lebih paham tentang keuntungan jadi mahasiswa kura-kura ini, baca di sini ya.
(Cek juga yuk 5 Jurusan Kuliah yang Kelihatan Santai Padahal Aslinya Sibuk Banget! dan 5 Jurusan Kuliah yang Sering Enggak Kepikiran Tapi Bisa Jadi Pekerjaan Sukses)
Persaingan setelah lulus juga tinggi
Tersedianya profesi menjanjikan denga gaji tinggi ini juga berarti menimbulkan persaingan yang tinggi juga untuk mendapatkan profesi itu. Kalau kita cuma model akademik aja tapi enggak punya pengalaman organisasi atau kerja magang yang oke, peluang kita cuma setengah.
Begitu juga sebaliknya. Kalau nilai akademik kita doang yang bagus tapi pengalaman berorganiasi atau kerja magangnya jelek, ya, peluang kita juga akan cuma setengah.
Contohnya, kita pakai lagi jurusan HI. Kita pengin banget jadi diplomat makanya bela-belain bertahan kuliah di jurusan HI. Soalnya gajinya besar, bisa tinggal di luar negeri, dapat berbagai fasilitas yang ditanggung negara dan keuntungan lainnya.
Tapi enggak semua lulusan HI bisa dengan mudah jadi diplomat. Persaingan untuk jadi diplomat ini juga tinggi banget. Untuk jadi diplomat banyak orang yang harus memulai dari langkah kecil. Biasanya akan memulai karier sebagai staf dulu di Kementrian Luar Negeri.
Seperti di pekerjaan lainnya, kalau prestasi kita bagus, tentunya kita bisa naik sedikit demi sedikit hingga jadi diplomat. Berarti kembali harus usaha keras juga. Bahkan kenyataannya banyak juga diplomat yang enggak berasa dari jurusan HI, lho.
Contohnya Jessica Clara Shinta yang merupakan seorang junior diplomat di Kementrian Luar Negeri Indonesia. Dia merupakan sarjana hukum. Namun memang kemudian mengambil S2 jurusan International Relations Affairs, Economic and Pilitical Develpoment (EPD).
Lalu ada juga Thalita Hindarto seorang diplomat di Kementrian Luar Negeri Indonesia namu kuliahnya jurusan humas dan komunikasi.
Jadi, masuk jurusan favorit yang menjanjikan itu memang menguntungkan. Tapi untuk bisa bikin masa depan kita jadi ikut menjanjikan juga, banyak usaha usaha keras yang harus kita lakukan sendiri.
Enggak ada yang bisa menjamin atau menjanjikannya bisa terwujud begitu aja. Buat yang masih galau menentukan jurusan kuliah, yuk klik di sini dan di sini biar bebas galau.
Penulis | : | Aisha Ria Ginanti |
Editor | : | Aisha Ria Ginanti |
KOMENTAR