Selain itu, alasan seorang cewek bertahan dalam hubungan ini karena motif neurosis, yaitu ketika berhubungan, kita berharap bisa mendidik atau mengarahkan dia untuk menjadi lebih baik.
(Baca di sini pengakuan cowok yang pernah melakukan kekerasan terhadap pacarnya)
“Aku selalu percaya kalau dia bisa berubah. Makanya aku enggak berpikir untuk putus sama dia. Kalau ada masalah, selalu aku yang minta maaf duluan karena dia tipe orang yang enggak bisa menyampaikan perasaan dengan baik.” (Fitri, 23, korban KDP)
Perbedaan pola mengartikan hubungan antara cewek dan cowok juga disampaikan oleh Mariana. “Umumnya karena alasan cinta dan ketergantungan. Cewek seringkali mengartikan pacaran sebagai relasi yang romantis. Sementara cowok lebih pada kepemilikan.”
Dalam beberapa kasus, kita mungkin sudah berusaha untuk lepas dan putus. Namun karena cowok merasa memiliki, maka seringkali mereka mengancam untuk menyakiti lebih parah lagi.
Atau malah sebaliknya, berjanji untuk berubah tapi pada kenyataannya selalu mengulang lagi kesalahan itu.
Cari Bantuan
Kita enggak sendirian dalam menghadapi kasus ini. Karena, jika dibiarkan, maka pacar akan semakin menjadi-jadi dan kita akan semakin tersakiti. Salah satu hal yang bisa kita lakukan kalau mengalami kekerasan oleh pacar adalah dengan mencari bantuan.
Paling dekat, minta bantuan orangtua. Dengan adanya dukungan ini, maka akan ada yang melindungi kita kalau saja pacar kembali minta maaf dan memohon untuk ngajak balikan.
Akan ada yang mengingatkan kita untuk enggak kembali terjebak dalam hubungan tidak sehat ini. Karena sayangnya, belum ada perlindungan hukum yang jelas bagi para korban, seperti yang diungkapkan oleh Mariana.
Memang, sih, ada UU No 23 tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga, tapi pasal ini enggak bisa diterapkan dalam kasus KDP.
Selain orangtua, kita bisa meminta bantuan kepada lembaga sosial. Misalnya Komnas Perempuan. “Di sini kami menitikberatkan pada konseling untuk menguatkan korban agar berani mengambil langkah untuk memutuskan hubungan,” jelas Mariana.
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR