Salah satu hal yang sulit dilakukan saat kita mengalami kekerasan dalam pacaran adalah memutuskan untuk mengakhiri hubungan tersebut.
Nyuruh sih memang gampang, ngelakuinnya yang susah.
Ini juga yang dialami oleh Fitri (23) yang mendapatkan kekerasan mental dan fisik dari pacarnya saat SMA.
Butuh waktu 4 tahun buat akhirnya mengakhiri hubungan tersebut.
Dan gini, kisah cewek yang 4 tahun mengalami kekerasan dalam pacaran.
(Baca juga: Cinta Itu Harusnya Diwujudkan Dalam Bentuk Kasih Sayang, Bukan Tindak Kekerasan)
Mulai sadar kalau hubungan sudah semakin enggak sehat
Saat SMA kelas satu, Fitri mulai berpacaran dengan seniornya yang duduk di kelas tiga.
Awalnya semua berjalan manis dan baik selama setahun pertama mereka pacaran.
Namun, Fitri mulai merasakan kalau semakin banyak konflik terjadi di hubungannya saat memasuki tahun kedua pacaran.
“Konfliknya enggak ada habisnya deh. Mulai dari dia yang cemburu, protektif, kebiasannya sering dekat sama cewek lain, dan perbedaan pikiran. Itu semua selalu jadi bahan pertengkaran,” ujar Fitri.
Pacar Fitri enggak suka melihatnya berteman dengan banyak cowok.
Padahal sejak dulu, teman Fitri memang kebanyakan cowok, sebab dia punya karakter yang cuek dan tomboy, sehingga lebih nyaman bergaul dengan cowok.
“Dia melarang aku untuk bergaul dengan teman-teman cowok. Pertemananku sempit saat SMA, cuma sebatas teman sekelas dan teman ekskul aja.”
“Lucunya, dia sendiri ternyata melakukan hal yang dia larang di belakangku. Dia diam-diam jalan dan chatting sama cewek.”
Fitri mengetahui kalau cowoknya juga sering dekat dengan cewek lain dari teman-teman cowoknya yang khawatir padanya.
(Baca juga: 8 Adegan Romantis Di Drama Korea yang Sebenarnya Menandakan Hubungan Abusive dan Enggak Sehat)
Selalu minta maaf duluan
Pada setiap pertengkaran yang terjadi, enggak peduli siapa yang salah, selalu Fitri yang minta maaf duluan.
“Dia bukan tipe yang bisa ngomong dan selalu susah untuk menyelesaikan masalah. Jadi kalau dia adalah salah, dia pasti mengelak dan malah balik marah. Jadi ujung-ujungnya selalu aku yang jadi salah. Kemudian aku harus menenangkannya dan minta maaf.”
“Aku juga selalu percaya dia bisa berubah. Tapi aku malah melakukan hal yang sama kayak dia. Aku jadi ikut-ikutan cemburuan dan protektif. Saat itu aku sadar kalau hubungan ini sudah benar-benar enggak sehat.”
(Baca juga: 17 Dialog di Drama Korea yang Selama Ini Kita Anggap Romantis Padahal Merendahkan Cewek)
Kekerasan terjadi saat emosi meledak
Di tahun ketiga pacaran, Fitri dan cowoknya sudah sama-sama tahu bahwa hubungan yang mereka jalani sudah enggak sehat lagi.
Namun keduanya belum berani melepas satu sama lain.
Ketika pertengkaran kembali terjadi dan semakin memanas, saat itulah cowoknya melakukan kekerasan pada Fitri.
“Saat itu aku lagi berada di rumahnya. Aku bahkan sudah enggak ingat kita bertengkar karena apa. Pokoknya kita berantem hebat, mungkin saat itu dia juga lagi muak banget. Dia pun menjedotkan kepalaku ke tembok.”
“Perasanku campur aduk. Marah, benci, kaget, sedih, dan enggak nyangka banget dia melakukan itu.”
“Setelah terdiam karena shock selama beberapa menit, aku langsung pergi dari rumahnya. Dia baru menghampiriku lagi setelah beberapa hari kemudian untuk minta maaf.
Saat mengalami kekerasan mental dan fisik, Fitri memilih untuk enggak menceritakannya ke orang lain.
“Soalnya kalau aku cerita terlalu banyak, semakin banyak masukan dari orang-orang yang enggak ada habisnya. Sedangkan aku cuma mau lepas dari dia, sudah enggak lagi mau dengar saran dari orang-orang.”
(Baca juga: Ini yang Harus Kita Lakukan Kalau Pasangan Kita Melakukan Kekerasan dalam Hubungan Pacaran)
Akhirnya memutuskan untuk berpisah
Setelah masuk tahun keempat pacaran, Fitri mengakhiri hubungan mereka.
“Jadi saat aku masuk kuliah semester dua, kita sudah hampir saling enggak berkabar lagi. Tapi aku enggak merasa galau, sedih, atau kehilangan.
Lalu tiba-tiba sahabat cowokku ini datang ke rumah dan menyarankan padaku agar lebih baik memutuskan hubunganku dengan dia.
Ternyata selama aku kuliah, dia selalu jalan sama beberapa cewek yang berbeda.”
“Sebenarnya enggak ada kata ‘putus’, tapi aku ganti nomor handphone dan enggak pernah kontak-kontakan lagi sama dia.”
“Hal yang aku sesali adalah harusnya aku lebih menjaga diriku sendiri di dalam hubungan itu. Aku juga seharusnya berani menuntut lebih tapi dalam hal baik ya. Sebab selama itu selalu aku yang berusaha dan memberi,” tutup Fitri.
(Baca juga: Ini yang Harus Kita Lakukan Ketika Teman Kita Mengalami Kekerasan dalam Pacaran)
Penulis | : | Intan Aprilia |
Editor | : | Intan Aprilia |
KOMENTAR