Pernah mendengar tentang kaum Rohingya? Mereka datang ke Indonesia dan beberapa di negara di Asia Tenggara pada 2015 lalu sebagai pengungsi yang kabur dari Myanmar. Mereka melarikan diri dari Myanmar karena menerima penganiayaan dari para ekstrimis.
Saat ini mereka juga mengalami pembunuhan dan pembakaran rumah, yang menyebabkan lebih dari 400 orang terbunuh.
Ada apa di balik pembunuhan masal yang terjadi pada orang Rohingya?
Siapa itu Rohingya?
Berdasarkan jurnal berjudul ‘The Rohingya People of Myanmar: Health, Human Rights and Identity’ (2016) yang ditulis oleh Mahmood, Wroe, Fuller, dan Leaning, Rohingya adalah sekelompok minoritas asal Myanmar yang tidak diakui kewarganegaraannya sejak 1982.
Sebanyak 1.1 juta orang Rohingya tinggal di Rakhine State, Myanmar. Kebanyakan orang Rohingya beragama Islam, sedangkan sebagian kecil dari mereka beragama Hindu.
Dilansir dari Rappler, nenek moyang mereka berasal dari bangsa Arab, Moor, Pathan, Moghul, Bengali, dan Indo-Mongoloid.
Pemerintah Myanmar menganggap orang Rohingya adalah orang-orang Bengali (Bangladesh), sehingga pemerintah enggak mengakui keberadaan mereka sebagai warna negara Myanmar. Namun, pemerintah Bangladesh juga enggak mengakui mereka sebagai warga Bangladesh.
Bagaimana hidup mereka di Myanmar?
Akibat enggak mendapatkan status kewarganegaraan, mereka pun secara otomatis enggak mendapatkan hak untuk tempat tinggal, menikah, membangun keluarga, pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan. Pergerakan mereka juga dibatasi.
Di Myanmar, mereka dipaksa bekerja menjadi budak dan sering mengalami penyiksaan dari kaum ekstrimis Buddha.
PBB mengatakan kalau diskriminasi terhadap orang Rohingya bisa disebut sebagai kejahatan pada kemanusiaan dan Rohingya adalah kaum minoritas paling teraniaya di dunia.
Diskriminasi memuncak
Pada 2012, kejahatan yang dihadapi oleh Rohingya memucak akibat beberapa pria Rohingya dituduh memperkosa dan membunuh wanita Buddha.
Para ekstrismis Buddha membalas dengan membunuh dan membakar rumah orang-orang Rohingya.
Lebih kurang 90 orang meninggal dan 3,000 rumah musnah terbakar.
Pemerintah pun menempatkan orang Rohingya di sebuah perkemahan pengungsi. Di sana mereka enggak mendapatkan makanan dan akses kesehatan yang baik, sehingga banyak yang meninggal akibat kelaparan atau sakit.
Memutuskan untuk kabur
Di tahun 2015, PBB melaporkan bahwa lebih dari 40 orang Rohingya dibunuh secara kejam di sebuah desa bernama Du Chee Yar Tan.
Ditemukan 10 kepala yang terpenggal di tanki air, anak-anak juga menjadi korban di pembunuhan ini.
Akibat sudah putus asa, para Rohingya memutuskan untuk kabur dengan cara bergabung di perdagangan manusia dan mengungsi secara ilegal ke negara-negara lain di sekitar Myanmar.
Nasib mereka sekarang
Penyerangan terhadap kaum Rohingya di Myanmar masih terjadi.
Pada 9 Oktober 2016, sekelompok orang bersenjata menyerang beberapa pos polisi di Rakhine State dan membunuh 9 polisi.
Kelompok pemberontak Harakah al-Yaqin merupakan dalang di balik kejadian tersebut.
Pasukan militer Myanmar melakukan penyerangan ke desa-desa di Rakhine State. Tapi pemerintah sudah terlebih dahulu menyelamatkan orang beragama Buddha yang tinggal dari Rakhine State.
Orang Rohingya yang merupakan penduduk di Rakhine State menjadi korban dalam penyerangan ini.
Di mana Aung San Suu Kyi?
Aung San Suu Kyi merupakan peraih Nobel Peace Prize alias Nobel Perdamaian karena perjuangannya dalam hak-hak demokratis dan hak asasi manusia.
Saat ini, Aung San Suu Kyi menjabat sebagai Penasihat Negara (setara dengan Perdana Menteri) di Myanmar.
Sayangnya, dia menghindari pertanyaan wartawan ketika ditanya mengenai ketidakadilan yang dialami orang Rohingya.
Aung San Suu Kyi menolak memberikan kewarganegaraan pada Rohingya. Tapi berencana memberikan kartu identitas untuk tempat tinggal tanpa jaminan bagi mereka untuk mendapatkan kewarganegaraan.
Dia mendapatkan kritik keras dari dunia karena enggak melakukan apa-apa atas kekerasan yang menimpa orang Rohingya.
Jika tidak ada tindakan dari pemerintah, dikhawatirkan penganiayaan pada Rohingya akan semakin parah.
(Baca juga: 40% Kasus Kekerasan Seksual Dibungkam dan Terhenti di Tengah Jalan. Salah Siapa?)
Kisah Yessiow dan Samsung Merayakan Harmoni Dua Budaya Lewat Galaxy Wrap Melting Pot Nusantara x Hangul
Penulis | : | Intan Aprilia |
Editor | : | Intan Aprilia |
KOMENTAR