Mungkin kita pernah bertanya-tanya, kenapa sih ada dorongan seksual? Atau kenapa kita memikirkan seks?
Meskipun ini hal yang lumrah terjadi, tetap saja menjadi pertanyaan.
Termyata ada bagian otak yang membuat kita jadi kepikiran soal seks. Yuk cari tahu hubungan antara otak dan seks. Ini penjelasannya:
(Baca juga: 8 hal yang harus kita ketahui soal kekerasan seksual di kampus)
Ada empat bagian otak yang memengaruhi soal seks ini, yaitu:
Sistem Limbik
Ini merupakan bagian otak yang mengurusi masalah emosi sedih, senang, marah, kepribadian, serta orientasi seksual yang ada pada diri kita.
Jadi saat kita melihat, mendengar, mencium, atau merasakan sesuatu, sistem limbik ini langsung "kesetrum".
Efeknya menurut hasil pemeriksaan otopsi yang sudah banyak dimuat di berbagai tulisan ilmiah kedokteran, nukleus supra-chiasmatik yang merupakan satu bagian dari sistem limbik, pun jadi terpicu hingga mulai muncul hasrat seksual.
(Baca juga: 40% kasus kekerasan seksual dibungkam dan terhenti di tengah jalan. salah siapa?)
Amigdala
Melalui organ ini rasa takut, senang, cinta dan bersahabat diolah lebih lanjut. Jumlahnya ada dua, dan kalau salah satu atau malah dua-duanya rusak, maka akan terjadi kekacauan orientasi seksual.
Terus dalam proses horny dan ereksi, apa kerja si amigdala? Dialah sebenarnya yang menginstruksikan penis cowok untuk ereksi. Sekaligus membuat kita engggak tahan buat menyalurkan hasrat seksual kita.
(Baca juga: menurut cowok, ini 4 hal yang dia perhatikan dari cewek yang dia suka)
Hipothalamus
Organ kecil ini terletak di tengah-tengah otak, dan telah berfungsi sejak kita lahir. Dalam urusan seks bagian ini yang mengatur produksi dan kerja hormon-hormon seksual kita.
Sederhananya, begitu hasrat-hasrat sudah mulai muncul, langsung diperkuat dengan dipicunya kerja hormon-hormon seksual hipotalamus.
(Baca juga: hal enggak wajar yang terjadi pada puting padahal sebenarnya normal)
Lobus Frontalis
Letaknya di bagian paling depan otak kita. Lobus frontalis ini bagian yang mengatur fungsi luhur kita sebagai manusia.
Kalau lobus frontalis berfungsi baik, jadilah kita seorang yang beradab, tahu etika dan tata karma, sopan santun, serta menghargai orang lain, termasuk untuk urusan menyalurkan seks.
Tapi kalau lobus frontalisnya rusak, jadinya ya gitu. Kita jadi sembarangan menyalurkan hasrat seks kita.
(Baca juga: mitos soal puting payudara yang enggak seharusnya kita percayai)
(Ega/Hai)
Penulis | : | Ifnur Hikmah |
Editor | : | Ifnur Hikmah |
KOMENTAR