Memang tidak ada kata terlambat, tapi kenapa harus menunggu belasan tahun untuk speak up tentang ini?
(Baca juga: Hollywood dan Pelecehan Seksual. Kenapa Korban Memilih Diam?)
Klik di sini untuk tahu apa saja yang jadi bentuk pelecehan seksual dan wajib kita waspadai.
Girls, kasus pelecehan seksual itu bukan hal main-main. Kebanyakan korban merasa takut dan malu saat ia memutuskan untuk speak up, apalagi jika tidak ada dukungan dari orang-orang terdekatnya.
Kyle Stephens, menjadi salah satu korban dari Larry Nassar, pernah dilecehkan saat usianya 12 tahun waktu ia menjalani pengobatan di klinik Larry. Saat ia kembali ke rumah dan mengatakan kepada ibunya tentang hal yang terjadi padanya, orangtuanya tidak mempercayainya dan lebih percaya kepada Larry. Yang lebih naas lagi, ayah Kyle melakukan bunuh diri setelah ia tahu kalau Kyle benar-benar dicabuli. Ayah Kyle berasa gagal menjadi orangtua.
(Baca juga: Ini yang Harus Kita Lakukan Ketika Teman Kita Mengalami Kekerasan dalam Pacaran)
Bukan hanya harus berani speak up, tapi kita harus punya lingkungan yang mendukung. Seperti keluarga, sahabat, dan orang-orang yang sekiranya percaya kalau kita butuh pertolongan. Kalau tidak punya supporting system yang baik, maka semuanya enggak akan menemukan jalan keluar.
Berbeda dengan kasus Aly Raisman, salah satu korban Larry Nassar, yang dulu tidak tahu bahwa dirinya dilecehkan. Sehingga kini ia sadar, pentingnya untuk memberitahu kepada semua orang, baik laki-laki atau perempuan, apa itu pelecehan seksual dan setiap kita punya suara untuk melindungi diri dan dianggap penting.
"Dulu dia berhasil memanipulasiku sehingga aku tidak tahu kalau aku dilecehkan. Semoga ini tidak akan terjadi lagi kepada orang lain. Bukan hanya orang asing yang bisa melakukan kejahatan padamu, orang yang kamu anggap baik dan dekat padamu juga bisa melakukannya," ungkap Aly.
Korban pelecehan seksual tidak boleh diam dan menyimpan rasa sakit sendiri
Lalu, bagaimana dengan kita yang tinggal di Indonesia? Rasanya masih tabu untuk speak up saat menjadi korban pelecehan seksual, tapi bukan berarti hal ini harus dibiasakan. Baru-baru ini ada sebuah video viral tentang pasien perempuan yang mengalami pelecehan seksual oleh perawat laki-laki di sebuah rumah sakit di Surabaya.
Ia diraba-raba saat tubuhnya masih dalam keadaan dibius sehabis operasi. Pasien ini memang berani speak up, tapi lalu apa yang terjadi berikutnya pada oknum perawat? Apa hanya permintaan maaf dan ucapan 'maaf saya khilaf' itu cukup?
(Baca juga: Pelecehan Seksual oleh Perawat di Rumah Sakit & 6 Kejadian Lain di Tempat yang Tidak Terduga)
Siapa pun bisa menjadi korban pelecehan seksual. Jika terjadi itu pada kita, ini hal yang harus kita lakukan.
(Baca juga: 5 Penjelasan Soal Pelecehan Seksual dan Perkosaan yang Wajib Kita Tahu)
Seperti kata Aly Raisman, "Semoga suatu hari kita akan hidup di dunia yang tak perlu lagi bilang 'Aku juga mengalaminya'."
Berani speak up tentang apa yang kita alami. Kalau orang terdekat kita yang mengalaminya, jangan anggap sepele pengakuannya. Tetap berada di sampingnya. Tetap mendukung aspirasinya. Dengan begitu, mereka akan mengganggap dirinya berharga.
Penulis | : | Debora Gracia |
Editor | : | Debora Gracia |
KOMENTAR