Di era yang memudahkan kita untuk mencari tahu suatu hal dengan cepat, godaan untuk menyimpulkan penyakit yang sedang kita derita jadi semakin tinggi. Terlebih lagi soal penyakit mental.
Padahal sering ngaku-ngaku depresei, stres, atau punya anxiety ternyata berbahaya, lho, girls. Nah, biar enggak salah, yuk cari tahu bahayanya sering ngaku-ngaku depresi dan stres!
(Baca juga: Wajib Tahu Perbedaan Hubungan Sehat Dan Hubungan yang Enggak Sehat)
Salah mendiagnosa
Sering ngaku-ngaku depresi atau stres sangat berbahaya karena seseorang yang menganggap dia punya depresi bisa salah mendiagnosa. Misalnya orang punya mood swing sering menduga dirinya punya penyakit manic-depressive atau bipolar disorder.
Padahal, mood swing bisa menjadi gejala penyakit klinis lainnya seperti borderline personality disorder atau depresi yang serius. Ahli klinis bisa membantu kita buat mendiagnosa gejala yang kita alami dengan tepat.
Psychological syndrome
Bahaya utama dari self-diagnosis adalah terjebak dalam psychological syndrome, yakni fase di mana kita melewatkan penyakit medis yang ditunjukkan dengan gejala psikologis.
Misalnya seperti panic disorder yang ternyata bisa menunjukkan gejala penyakit hyperthyroidism atau detak jantung yang tidak beraturan. Kalau kita asal mendiagnosa sendiri, penyakit yang sebenarnya kita derita jadi enggak bisa diketahui. Treatment penyembuhan yang kita peroleh pun nantinya juga jadi salah.
Menyulitkan kerja dokter
Tugas dokter adalah untuk memberi kita sebanyak-banyak informasi tentang penyakit yang kita derita sehingga kita bisa tahu bagaimana treatment penyembuhan yang tepat. Sayangnya, asal diagnosa bisa bikin komunikasi kita dengan dokter jadi bermasalah. Apalagi kalau kita sampai menunjukkan sikap yang enggak percaya.
Dokter bisa diibaratkan sebagai cermin yang membantu kita untuk memahami diri kita sendiri dengan lebih jelas. Dengan self-diagnosis, kita bisa melewatkan hal yang mungkin enggak mampu kita lihat.
Penulis | : | Indra Pramesti |
Editor | : | Indra Pramesti |
KOMENTAR