Surat Kecil Untukmu

By Astri Soeparyono, Sabtu, 1 Maret 2014 | 16:00 WIB
Surat Kecil Untukmu (Astri Soeparyono)

 

Ah, ya! Sekolah kita tercinta. Ini hal ke-enam yang akan mengingatkanku padamu. Bagaimana tidak? Sudah tanpa penjelasan pun kamu akan mengerti. Di sinilah kita bertemu, di sini pula kita akan berpisah. Aku tidak yakin apakah kamu mengingat pertemuan pertama kita. Itu juga pertemuan pertamaku dengan teman sekelas kita yang lainnya, sih. Ha-ha. Di hari pertama masuk sekolah, kamu duduk di belakangku. Kamu sering sekali menggoyang-goyangkan kaki kursiku dengan kakimu yang kurus itu.

 

Aku jadi merasa terganggu dan terus menoleh belakang memberikan wajah kecutku padamu. Tetapi kamu malah tertawa sambil memberikan tanda damai menggunakan jari-jari tanganmu. Aku tersenyum dan menggoyang pelan mejamu. Mungkin orang lain bahkan kamu tidak mengingat hal ini, tetapi tidak denganku. Tidak penting, ya? He-he. Terlalu banyak yang bisa diingat di setiap sudut di sekolah kita. Ruang kelas, perpustakaan, laboratorium, kantin, sampai masjid sekolah. Dari kelas X sampai kelas XII. Waktu berlalu begitu cepat. Bisakah kita memperlambat waktu?

 

Kemudian, foto-foto kita. Aku tidak memiliki banyak foto bersamamu. Tetapi apa yang kupunya, sudah memberiku kenangan yang akan selalu aku ingat. Kenangan manis, bersamamu. Dari semua foto yang ada, tidak ada foto kita yang sedang berada di sekolah. Aku memiliki fotomu bersama teman-teman yang lain di ruang kelas, tetapi bukan bersamaku. Itu saja sudah senang.

 

Aku hanya memiliki foto kita di pantai, di taman kota ketika belajar matematika bersama Malik, Alison, Adam, dan Kiky, di panti asuhan tempat kelas kita mengadakan bakti sosial, foto-foto di acara outbond ketika kita masih duduk di kelas X, dan beberapa lainnya. Tidak masalah jika kamu tidak menyimpan foto-foto bersamaku. Pernah memiliki waktu bersamamu, aku sangat mensyukuri hal itu. Terima kasih.

 

Jika foto-foto kita diurutkan menjadi nomor tujuh, berarti air putih menjadi urutan ke-delapan. Kamu seringkali mengingatkanku untuk banyak-banyak minum air putih. Sebenarnya, yang mengingatkanku untuk hal itu bukan hanya kamu. Entah mengapa, ketika kamu yang menasihatiku, aku ingin sekali menurutinya. Hi-hi-hi. Sampai sekarang, aku masih terus mencoba untuk lebih banyak minum air putih. Kalau sebelumnya aku hanya bisa minum air putih ketika habis makan saja, sekarang aku mencoba minum air putih ketika aku ingin minum. Tetapi masih belum bisa delapan gelas dalam sehari. Aku akan berusaha!

 

Kamu orang yang menyenangkan. Ketika aku dan teman-teman yang lain berada dalam situasi tegang menghadapi tugas kelompok yang sulit dipecahkan, kamu sering berseloroh lucu sehingga bisa mencairkan suasana. Kamu seringkali menirukan cara orang tertawa. Bahkan, terkadang kamu menirukan apa yang baru saja diucapkan seseorang. Orang yang kamu tirukan mungkin jadi sedikit merasa sebal, tetapi mimik mukamu selalu bisa membuat tertawa. Hal itu juga terjadi padaku.