Rahasia Sang Penulis

By Astri Soeparyono, Sabtu, 9 November 2013 | 16:00 WIB
Rahasia Sang Penulis (Astri Soeparyono)

"Mimpi? Tapi, bagaimana bisa?" Alisku merengut bingung.

"Tiap tidur kau bermimpi, kan? Aku ingin kau membuat jalan cerita mimpi itu."

Aku mengerjapkan mata. Masih tak mengerti.

"Tuhan menghukumku membuat mimpi untuk manusia." Siva menjentikkan jari. Tumpukan buku menggunung di hadapanku. "Baca ini. Tiru, adaptasi, apa pun. Buat cerita yang bagus untukku," ucapnya lugas.

***

Gara-gara Siva itulah aku mulai melahap apa pun yang bernama fiksi. Aku membaca cerpen di buku, majalah, dan koran yang diberikan Siva. Tak ada yang ketinggalan. Aku bersungguh-sungguh bekerja pada Siva untuk membuat cerita yang bagus.

Seminggu pertama, aku menyerahkan draft-ku pada Siva. Siva berkata ceritaku tidak jelek, tapi juga tidak bagus. Bukan tipe cerita yang akan diingat manusia saat bangun tidur dan menceritakan mimpinya pada orang terdekat.

Aku kembali berusaha. Aku belajar menulis. Kucermati cerita milik orang lain, lalu kujadikan versiku sendiri. Aku sungguh ingin Siva memujiku, karena itu aku berusaha keras. Aneh sekali. Padahal sebelumnya aku tidak pernah berusaha sekeras ini. Apakah ini pengaruh cinta?

***

Memang tak ada yang sia-sia setelah kita menekuni sesuatu. Aku pun demikian. Setelah belajar secara otodidak, Siva mulai memuji jalan cerita yang kubuat. Ia tampak kagum dengan potensiku. Ia bilang aku berbakat menulis.

"Kau berbakat. Kau menyerap semuanya dengan baik. Aku bisa memakai semua cerita yang kau buat untuk mimpi manusia," ucap Siva sambil membolak-balik draft-ku.

"Benarkah?"