Lukisan Gizelia

By Astri Soeparyono, Sabtu, 9 Februari 2013 | 16:00 WIB
Lukisan Gizelia (Astri Soeparyono)

~*~

"Lukisanmu begitu hidup," suara itu membuatku tersentak.

Aku menoleh ke arahmu. Betapa kagetnya aku saat melihatmu. Ternyata kau....

Lantas kau melontarkan seulas senyum, yang membuat ketakutanku menguap entah ke mana.

Dengan mulut yang masih ternganga, aku mencermati dirimu. Kau memegang selembar kanvas dan beberapa peralatan melukis. Kau pun duduk tak jauh dariku. Duduk di atas rerumputan seraya memandangi Danau Ranau yang berkabut. Sejenak kau menoleh ke arahku. Tersenyum. Lalu kuasmu mulai menari-nari di atas kanvas putih itu.

Aku masih terdiam. Tak percaya dengan apa yang baru saja kusaksikan. Aku memilih untuk melupakan lukisanku yang hampir sepenuhnya jadi itu, demi melihat dirimu.

Sekali lagi aku mencermati wajahmu. Rambutmu hitam berjambul. Hidungmu bangir. Tapi kulitmu begitu putih. Lebih putih dari kulitku meskipun kau adalah laki-laki. Putih pucat, lebih tepatnya. Meski sinar matahari nampak samar-samar saja, namun kau terlihat bercahaya.

Pandanganku beralih pada lukisanmu. Dengan lembut kau menggoreskan kuasmu. Kau melukis seorang wanita yang duduk menyamping dengan latar Danau Ranau berkabut. Tapi kau memberikan sentuhan kubisme dalam lukisan itu sehingga terkesan seperti lukisan abstrak. Aku tahu aliran lukisanmu karena aku pun penganut aliran kubisme.

Hanya dalam satu jam, kau telah menyelesaikan lukisan itu. Lalu kau membubuhkan tanda tangan bertuliskan 'Gizelia' di sudut kanan bawah lukisanmu. Satu jam waktuku tersita hanya untuk melihatmu melukis di sampingku.

Kau kembali menoleh ke arahku seraya tersenyum. "Terima kasih kau mengizinkanku duduk di sini. Karena di sinilah aku menemukan sudut pandang terbaik dari Danau Ranau," ucapmu.

Kau bergegas berdiri. Dan kau pun melangkah lebar menembus kabut hingga menelan dirimu.

***