Satu Pertanyaan Untuk Tuhan

By Astri Soeparyono, Kamis, 22 November 2012 | 16:00 WIB
Satu Pertanyaan Untuk Tuhan (Astri Soeparyono)

            Panti asuhan 'Kasih Sayang' ramai oleh teman-teman sekelasku. Kami secara khusus datang ke sini untuk memberikan bantuan. Ide ini datang dari teman-temanku yang sangat ingin berbagi dengan sesama. Aku sih ikut-ikut saja dengan ide itu. Kegiatan ini kan baik juga.

            "Lihat anak-anak dip anti asuhan ini membuat aku merasa bersyukur," Kana mengguman pelan di sampingku. Aku hanya mengangguk sekenanya. Bagiku ini bukan masalah bersyukur atau tidak bersyukur. Anak-anak itu jadi yatim piatu karena garis takdir yang telah digariskan Tuhan pada mereka. Bukannya aku tidak bersyukur, aku kan hanya mencoba berpikir dengan logika.

            "Mereka yang harusnya  bersyukur, Kan. Enggak ada angin enggak ada hujan dapat sumbangan dari kita, aku menjawab sekenanya.

***

            Mungkin aku lupa bersyukur. Atau mungkin masih ada kesalahan lain yang luput dari penglihatanku yang terbatas. Mungkin Tuhan masih ada. Hanya saja aku yang tidak mau mencarinya. Mungkin ada alasan tertentu dari-Nya sehingga aku diberi kesempatan untuk selamat dari musibah ini. Mungkin masih ada banyak alasan untuk tetap hidup.

            "Kita masih akan lulus ujian, masih akan masuk kuliah, masih akan kerja...Masih banyak alasan yang bisa kamu syukuri kalau kamu tetap hidup sekarang." Lagi-lagi Kana mnghiburku. Kali ini aku tidak bereaksi apa-apa. Terlalu lelah untuk berbicara. Mungkin Tuhan tidak selalu memberikan apa yang kita mau, tapi pasti yang terbaik untuk kita.

            "BILQIIISSS...!KANAAA!" Beberapa suara terdengar dari kejauhan. Teman-tmanku yang lain berlari menghampiri kami. Mereka semua terlihat sama kotornya dengan aku. Bedanya mereka tidak mengalami luka-luka dan tidak hampa sepertiku.

            Pasti mereka ikut membantu warga di sekitar sini.

            "Bilqis, ternyata kamu di sini! Tadi kita ketemu sama ibu kamu. Dia berkali-kali nanyain kamu. Tapi kan tadi kita belum ketemu sama kamu. Dia khawatir banget kayaknya. Nangis enggak berhenti-berhenti..." Mika berbicara dengan semangat 45 walaupun keringatnya berjatuhan.

            Aku menatap Mika tak percaya.

            Ibu...selamat?

            "Sekarang ibu kamu lagi istirahat di posko pengungsian dekat sini. Mau aku anterin?" Giliran Rizky yang menambahkan berita tentang keberadaan Ibu.

            "Kayaknya ayah Bilqis juga ada di sana, deh, sama ibunya Bilqis." Tinka yang berbadan mungil menimpali kata-kata Rizky.

            Orang tuaku...selamat?

            Mungkin Tuhan masih ada.

            Tuhan selalu ada.

Oleh: Nike Nadia, foto: imgfave.com