Bumbu Ajaib

By Astri Soeparyono, Jumat, 10 Agustus 2012 | 16:00 WIB
Bumbu Ajaib (Astri Soeparyono)

"Anak-anak, Neng. Harusnya bukan di jalan tempat mereka," gumam si nenek.

"Nenek punya anak?" 

"Tiga, sudah berkeluarga semua." 

"Dan mereka enggak ingin merawat Nenek?" 

"Sudah capek mereka melarang Nenek bekerja. Ingin mereka, Nenek istirahat dan tinggal dengan salah satu anak. Tapi apa boleh buat, naluri Nenek memang bekerja, menghirup udara kota dan menyapa semua orang." 

"Kenapa? Kok bengong? Teringat sama Nenekmu di rumah ya?" Nena tersenyum getir, sampai dadanya terasa nyeri oleh kata-kata yang belum ia ucapkan. 

"Di rumah nggak ada siapa-siapa, Nek." Ketika melihat wajah tertunduk Nena, Nenek segera membaca apa yang memenuhi hati gadis muda penumpangnya itu. 

"Ya ya ya, masalah anak-anak zaman sekarang memang rata-rata begitu, Nenek sudah sangat paham. Anak-anak di balik penjara, bisa terjerumus karena kurang perhatian dan kasih sayang orangtua mereka." 

"Nenek pernah bekerja di penjara?" Nena melupakan kepedihan hatinya sejenak, nenek di depannya ini memang berbeda, bikin penasaran. 

"Nenek pernah jadi penghuninya." 

"Hah? Serius, Nek?"  

"Ya. Tapi Nenek berharap kamu nggak buru-buru kabur gara-gara tahu supir taksi tua ini dulunya mantan pencopet pasar yang sudah tobat, ha-ha-ha!" si nenek tertawa lebih lebar daripada sebelumnya. Nena nyengir, tidak tahu harus bersikap seperti apa. Nenek ini memang penuh kejutan!