WARUNG BAKSO BU IJAH

By Astri Soeparyono, Rabu, 25 Januari 2012 | 16:00 WIB
WARUNG BAKSO BU IJAH (Astri Soeparyono)

"Pak satpam!" gumamnya, lalu mencaplok sesendok bakso. Luna tiba-tiba tersedak. Bihun dan serpihan bakso keluar lagi dari mulutnya ketika dia terbatuk-batuk. Untung Luna buru-buru menyambar segelas air dan meminumnya.

"Ada apaan sih?" keluhnya pada diri sendiri, menatap sisa-sisa muntahannya.

Ternyata ada segumpal rambut di antara potongan bakso-bakso itu. Benar-benar jorok! Terlalu lapar untuk peduli, Luna akhirnya mengabaikan rambut itu dan kembali melahap Baksonya,

***

Tiga hari setelah Bu Rita menugaskan pembuatan laporan penelitian, Luna mulai hilang harapan. Dia sudah menginterogasi Guru-guru, Satpam, Penjaga perpustakaan bahkan Kepala sekolah untuk mencari tahu sebab musabab hilangnya kelima murid itu. Namun hasilnya tetap nihil. Keputusasaannya semakin bertambah begitu Lita dengan bangga memamerkan laporannya tentang penyebab bolos siswa kepada Luna pagi tadi.

Seperti biasanya, sepulang sekolah Luna nongkrong di kantin sambil melahap semangkuk bakso. Dia mulai panik tugasnya tidak bisa selesai selewat batas waktu yang telah ditentukan. Memangnya kemana sih anak-anak itu? Masak mereka bisa tiba-tiba lenyap ditelan bumi. Mencucuk baksonya dengan garpu, dia menatap Bu Ijah yang sedang mencuci piring. Mungkin dia benar. Luna sebaiknya memilih topik lain yang lebih mudah diselidiki, Kenaikan harga BBM juga lumayan menarik.

Kantin sudah sepi ketika Luna menghabiskan baksonya, bangkit dari kursi

menghampiri Bu Ijah dan menyerahkan selembar uang sepuluh ribuan kepadanya.

"Makasih, Neng." Ujarnya lembut, mengulurkan uang kembalian.

"Sama-sama, Bu," balas Luna. "Belum tutup, Bu?"

"Iya. Ini baru aja mau tutup," katanya. "hati-hati dijalan ya, Neng!"

Luna pun melangkah dengan gontai menuju gerbang sekolah sambil memasukan uang kembalian kedalam saku kemejanya. Kening Pak Badrun, Satpam sekolah, langsung berkerut-kerut melihatnya.